JAKARTA - Organisasi laur angkasa nirlaba Israel SpaceIl, serius menyiapkan upaya kedua untuk pendaratan tak berawak di bulan pada tahun 2024 mendatang, mengamankan pendanaan pribadi sebesar 70 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1.014.450.500.000 juta dalam pendanaan pribadi untuk misi tersebut.
Dalam keterangannya pada 11 Juli lalu, SpaceIl menyebut Patrick Drahi, seorang miliarder Prancis-Israel dan pemegang saham pengendali Altice Europe, akan menyumbangkan dana tersebut bersama dengan ketua SpaceIL Morris Kahn dan pengusaha Afrika Selatan Martin Moshal.
Desember tahun lalu, Israel mengumumkan akan mencoba pendaratan bulan tak berawak kedua pada awal 2024, setela upaya pertamanya pada tahun 2019 lalu gagal dan berakhir dengan jatuhnya kapal Beresheet yang seukuran mesin cuci akibat kegagalan teknis, menurut para insinyur.
"Saya berencana untuk melakukan segala yang ada dalam kekuatan saya untuk membawa Israel kembali ke bulan," kata Kahn, seperti mengutip Reuters Minggu 11 Juli.
Proyek baru yang diberi nama 'Beresheet 2', rencananya akan melibatkan peluncuran dua kapal pendarat dan pengorbit yang akan mengelilingi bulan selama bertahun-tahun, melakukan eksperimen dan mengumpulkan data atas nama siswa sekolah.
SpaceIL mengatakan, dana yang dijanjikan terdiri dari sebagian besar biaya proyek senilai 100 juta dolar Amerika Serikat dan memberikan probabilitas tinggi untuk memenuhi jadwal peluncuran 2024.
Dikatakan 'Beresheet 2' berencana untuk memecahkan beberapa rekor luar angkasa, termasuk pendaratan ganda, dengan salah satu pesawat itu jatuh di sisi jauh bulan. Hanya China yang melakukan soft landing sisi jauh, pada 2019.
Dua kapal pendarat Israel akan menjadi yang terkecil yang pernah diluncurkan ke luar angkasa, dengan masing-masing berbobot 120 kilogram (264,5 pon) dengan bahan bakar dan 60 kg tanpa bahan bakar.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, selama misi lima tahun di luar angkasa, kapal itu akan berfungsi sebagai platform untuk kegiatan sains pendidikan di Israel dan di seluruh dunia, melalui koneksi jarak jauh yang akan memungkinkan siswa untuk mengambil bagian dalam penelitian ilmiah luar angkasa, kata SpaceIL.
Sementara, SpaceIL memimpin proyek ini bekerja sama dengan Badan Antariksa Israel, Kementerian Sains dan Teknologi, dan Industri Pesawat Terbang Israel.