JAKARTA - Otoritas China pada Hari Selasa 15 Juni menyebut tingkat radiasi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Taishan di Provinsi Guangdong tetap normal, menyusul laporan media tentang kebocoran di salah satu reaktornya.
Perusahaan listrik Prancis EDF, salah satu pemilik saham pembangkit listrik tersebut, mengatakan kepada media tengah menyelidiki tingkat abnormal gas radioaktif telah bocor dari pabrik pada Senin kemarin.
CNN melaporkan, Framatome, unit EDF yang merancang reaktor Taishan, memperingatkan ancaman radiologi yang akan segera terjadi di proyek tersebut, menyusul penumpukan kripton dan xenon.
Menepis kekhawatiran yang beredar, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam keterangan persnya menyebut, proyek tersebut sepenuhnya memenuhi semua persyaratan dan tidak ada tanda-tanda kelainan di sekitarnya.
"Sejauh ini pembangkit listrik tenaga nuklir China telah mempertahankan catatan operasi yang baik, tanpa insiden yang mempengaruhi lingkungan dan kesehatan masyarakat," kata Zhao, melansir Reuters Selasa 15 Juni.
Sementara, ilmuwan nuklir China yang berbasis di Amerika Serikat Li Ning mengatakan, bahaya di Taishan telah dibesar-besarkan.
"Karena pembangkit listrik tenaga nuklir, setelah dibangun dan beroperasi, berada di bawah kendali yang sangat ketat dan daerah-daerah lokal dikecualikan dari pengembangan lebih lanjut, tingkat radiasi latar di sekitar mereka seringkali bisa lebih rendah dari tingkat historis," paparnya.
EDF pada Hari Senin mengatakan, masalah di pabrik mungkin disebabkan oleh batang bahan bakar yang dipasok oleh Framatome.
“Dalam kondisi operasi normal memang benar beberapa gas seperti kripton dan xenon akan lolos dan terdeteksi. Tetapi dalam kasus ini, konsentrasinya jauh lebih tinggi, jadi sesuatu sedang terjadi," kata Tatsujiro Suzuki, mantan wakil ketua Komisi Energi Atom Jepang.
"Begitu gas radioaktif bocor ke lingkungan, itu adalah masalah serius. Ini bisa menjadi lebih buruk. Saya pikir mungkin ada masalah dengan bahan bakarnya. Ini tidak biasa," lanjutnya.
Proyek Taishan, selesai pada 2019, terdiri dari dua reaktor yang dirancang Prancis dan terletak sekitar 200 km (124 mil) dari Hong Kong.
Sebelumnya, perusahaan listrik Prancis EDF Senin kemain mengumumkan dimulainya pemeriksaan masalah potensial yang terkait dengan penumpukan gas inert di pembangkit listrik tenaga nuklirnya di China, meskipun perusahaan dan mitranya di China mengatakan pembangkit tersebut beroperasi dengan aman.
EDF mengatakan, penumpukan gas mulia kripton dan xenon, yang dikatakan telah mempengaruhi sirkuit utama reaktor No.1 dari pabrik Taishan, adalah 'fenomena yang diketahui, dipelajari dan diatur dalam prosedur operasi reaktor'.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut pihaknya sudah menjalin kontak dengan otoritas China terkait hal ini. Mereka juga menyebut tidak memiliki indikasi insiden radiologis sedang terjadi.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, reaktor Taishan adalah reaktor tenaga evolusioner (Evolutionary Power Reactor/EPR) rancangan Prancis pertama yang beroperasi. Teknologi ini juga sedang digunakan di Prancis, Finlandia dan di proyek Hinkley Point C, Inggris.
Listrik dari pembangkit tersebut melayani wilayah Guangzhou dan Shenzhen, pusat manufaktur utama provinsi Guangdong, yang telah menghadapi kekurangan listrik dalam beberapa pekan terakhir karena cuaca panas dan pasokan tenaga air yang lebih rendah dari normal dari provinsi tetangga Yunnan.