IAEA Sebut Korea Utara Memulai Kembali Aktivitas Reaktor Nuklirnya Mulai Juli Lalu
Ilustrasi bendera Korea Utara. (Wikimedia Commons/Roman Harak)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara ditenggarai telah memulai kembali aktivitas reaktor nuklirnya, yang secara luas diyakini telah menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir, kata pengawas atom PBB dalam sebuah laporan tahunan.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak memiliki akses ke Korea Utara sejak Pyongyang mengusir inspekturnya pada tahun 2009. Negara itu kemudian melanjutkan program senjata nuklirnya dan segera melanjutkan uji coba nuklir, dengan kali terakhir uji coba dilakukan pada tahun 2017.

Mengutip Reuters Senin 30 Agustus, saat ini IAEA melakukan pemantauan terhadap aktivitas Korea Utara dari jauh, sebagian besar melalui citra satelit.

"Tidak ada indikasi operasi reaktor dari awal Desember 2018 hingga awal Juli 2021," kata laporan IAEA tentang reaktor 5 megawatt di Yongbyon, sebuah kompleks nuklir di jantung program nuklir Korea Utara.

"Namun, sejak awal Juli 2021 sudah ada indikasi, antara lain keluarnya air pendingin, sejalan dengan beroperasinya reaktor," sambung pernyataan tersebut.

IAEA mengeluarkan laporan setiap tahun sebelum pertemuan negara-negara anggotanya, mengunggahnya secara online tanpa pengumuman. Laporan terbaru ini tertanggal Jumat pekan lalu.

Bulan Juni lalu, IAEA dalam laporannya Bulan Juni lalu menyebutkan, ada indikasi tentang kemungkinan pekerjaan pemrosesan ulang untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar reaktor nuklir bekas yang dapat digunakan dalam senjata nuklir di Yongbyong.

Laporan Hari Jumat mengatakan durasi pekerjaan yang tampak itu, lima bulan, dari pertengahan Februari hingga awal Juli, menyarankan agar bahan bakar bekas ditangani dalam jumlah penuh, berbeda dengan waktu yang lebih singkat yang dibutuhkan untuk pengolahan atau pemeliharaan limbah.

"Indikasi baru pengoperasian reaktor 5MW(e) dan Laboratorium Radiokimia (pemrosesan ulang) sangat meresahkan," sebut IAEA yang berada dalam naungan PBB.

Ada indikasi 'untuk jangka waktu tertentu, terkait apa yang diduga sebagai pabrik pengayaan uranium di Yongbyon tidak beroperasi, tukas IAEA, menambahkan adanya juga indikasi kegiatan penambangan dan konsentrasi di tambang dan pabrik uranium di Pyongsan.