Masih Ada 1.000 Warganya di Afghanistan, Jenderal Marinir AS: Kami akan Lanjutkan Misi dan Mengejar Pelaku Penyerangan
Tentara AS di Afghanistan. (Twitter/@DeptofDefense)

Bagikan:

JAKARTA - Dua serangan bom bunuh diri kembar di Kabul yang diklaim oleh kelompok teroris ISIS menewaskan sekitar 60 warga sipil dan 12 tentara Amerika Serikat (AS) serta menyebabkan 140 korban luka-luka, terjadi di kawasan bandara Kabul, Afghanistan Kamis kemarin.

Mengutip Reuters Jumat 27 Agustus, seorang jenderal tinggi Amerika Serikat menyebut selain 12 tentara tewas, sebanyak 15 tentara lainnya mengalami luka-luka. Ia menyebut pasukan Amerika Serikat bersiap untuk mengantisipasi serangan susulan, di saat melanjutkan proses evakuasi dari Afghanistan.

Dalam sebuah pernyataan, ISIS mengaku bertanggung jawab dan mengatakan salah satu pelaku bom bunuh diri menargetkan penerjemah dan kolaborator dengan tentara Amerika.

Menanggapi peristiwa ini, Kepala Komando Pusat Militer Amerika Serikat Jenderal Marinir Frank McKenzie mengatakan dalam jumpa pers, ledakan itu diikuti dengan baku tembak. McKenzie mengatakan ancaman dari ISIS tetap ada di samping aliran ancaman aktif lainnya.

"Kami percaya itu adalah keinginan mereka untuk melanjutkan serangan ini dan mereka berharap serangan itu berlanjut. Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," kata McKenzie.

McKenzie melanjutkan, potensi serangan di masa depan dapat mencakup roket yang ditembakkan ke bandara atau bom mobil yang mencoba masuk. McKenzie mengatakan, dia tidak melihat apa pun yang akan meyakinkannya bahwa pasukan Taliban telah membiarkan serangan itu terjadi.

Para pejabat AS mengatakan satu bom diledakkan di dekat gerbang bandara Kabul. Sementara satu bom lainnya meledak dekat dengan Hotel Baron di dekatnya.

"Saya pikir kami dapat melanjutkan misi kami, bahkan ketika kami menerima serangan seperti ini," kata McKenzie, menambahkan pasukan Amerika Serikat akan mengejar para pelaku serangan Hari Kamis.

McKenzie mengatakan ada sekitar 1.000 warga Amerika Serikat yang diperkirakan masih berada di Afghanistan. Sementara, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan lebih dari dua pertiga orang Amerika telah menginformasikan bahwa mereka mengambil langkah untuk meninggalkan Afghanistan.

Untuk diketahui, pejabat Amerika Serikat menyebut ada sekitar 5.200 tentara Amerika Serikat yang ditugaskan untuk menjaga keamanan di dalam bandara Kabul. Sementara, Taliban mengerahkan pasukannya untuk menjaga keamanan di area luar bandara.

Serangan bom ini terjadi saat Amerika Serikat dan negara-negara lain bekerja keras untuk mengevakuasi tentara, warga negara dan warga sipil Afghanistan yang berisiko untuk keluar dari negara itu, paling lambat 31 Agustus seperti kesepakatan dengan Taliban.

Hingga saat ini, Amerika Serikat dan sekutunya telah melakukan salah satu evakuasi udara terbesar dalam sejarah, membawa sekitar 95.700 orang, termasuk 13.400 pada hari Rabu, menurut Gedung Putih.