Korea Utara Gelontorkan Rp9,4 Triliun untuk Program Nuklir Tahun lalu, Tapi Masih Jadi yang Paling Kecil Dibanding Kekuatan Global
Ilustrasi rudal balistik Korea Utara. (Wikimedia Commons/Stefan Krasowski)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara diperkirakan telah menghabiskan dana sebanyak 642 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp9.465.134.400.000, untuk program nuklirnya tahun lalu, menurut aktivis anti-nuklir.

Laporan ini keluar ketika negara itu tampaknya tengah bersiap untuk menguji senjata baru, meskipun sedang berjuang melawan wabah COVID-19 dan krisis ekonomi.

Tidak ada data yang dikonfirmasi tentang pengeluaran nuklir Korea Utara, atau ukuran persenjataannya. Sejak 2006 telah melakukan setidaknya enam uji coba nuklir, dan tampaknya bersiap untuk melanjutkan pengujian untuk pertama kalinya sejak 2017.

Dalam sebuah laporan tentang pengeluaran senjata nuklir global yang dirilis pada hari Selasa, Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN) yang berbasis di Jenewa mengatakan, perkiraannya didasarkan pada asumsi Korea Utara terus menghabiskan sekitar sepertiga dari pendapatan nasional bruto (GNI) untuk militer.

Dari jumlah tersebut, sekitar 6 persen di antaranya digunakan untuk senjata nuklir, sebut laporan ICAN seperti melansir Reuters 15 Juni.

Perkiraan itu menempatkan Korea Utara sebagai pembelanja terendah dari sembilan negara bersenjata nuklir yang dicakup oleh laporan ICAN, menghabiskan sekitar setengah dari negara terendah berikutnya, Pakistan.

Diketahui, Amerika Serikat, yang telah memimpin kampanye internasional untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara atas senjata nuklir dan pengembangan rudal balistiknya, telah mengkritik Pyongyang karena menghabiskan jutaan dolar untuk militernya, sementara negara itu menghadapi kekurangan pangan dan masalah ekonomi lainnya.

Sementara, Korea Utara mengatakan memiliki hak berdaulat untuk mengembangkan senjata nuklir untuk pertahanan diri, dan senjata itu diperlukan untuk melindungi negaranya dari ancaman internasional.

Tidak jelas apakah Pyongyang mengurangi dana untuk program nuklirnya selama pandemi COVID-19.

Tetapi analis, pejabat asing dan pakar independen yang memantau sanksi PBB telah melaporkan, Pyongyang tampaknya telah maju dengan tujuan yang dinyatakan untuk mengembangkan dan memperluas persenjataannya, dengan aktivitas dan konstruksi baru yang diamati di reaktor nuklir utamanya, tambang uranium, dan situs terkait lainnya.

Sebelumnya, dalam laporan tahunan yang dirilis minggu ini, Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) memperkirakan Korea Utara telah mengumpulkan hingga 20 hulu ledak, dan mungkin memiliki bahan fisil yang cukup untuk sekitar 45–55 perangkat nuklir.

"Program nuklir militer Korea Utara tetap menjadi pusat strategi keamanan nasionalnya," kata SIPRI.

Adapun Buku Putih Pertahanan terbaru Korea Selatan melaporkan, Korea Utara memiliki sekitar 50 kilogram plutonium tingkat senjata dan sejumlah besar uranium yang diperkaya, perkiraan yang tetap tidak berubah sejak 2016.