JAKARTA - Ratu Elizabeth II hari ini merayakan ulang tahunnya yang ke-95. Ulang tahun pertamanya tanpa sang suami, Pangeran Philip Mountbatten yang wafat dan dimakamkan Sabtu 17 April pekan lalu.
Melansir Harper's Bazaar Selasa 20 April, seorang sumber mengatakan Ratu Elizabeth II akan hanya menghabiskan hari ulang tahunnya bersama dengan anggota keluarga.
Tidak akan ada perayaan publik, mengingat masih dalam masa berkabung hingga Jumat lusa, termasuk juga dengan penerapan protokol kesehatan selama pandemi COVID-19.
Pun demikian dengan penghormatan senjata tradisional yang biasanya dilakukan di Hyde Park dan Menara London untuk menandai ulang tahun Ratu, tidak ada tahun ini, seperti melansir Reuters Rabu 21 April.
Ratu Elizabeth II disebut hanya akan berada di kastil yang secara tradisional dilewatkan dengan sedikit atau tanpa upacara. Seorang juru bicara Istana Buckingham menolak berkomentar, mengatakan semua urusan keluarga setelah pemakaman akan bersifat pribadi.
Ulang tahun kali ini menjadi berbeda, karena kepergian Pangeran Philip yang dinikahi Ratu Elizabeth pada tahun 1947. Karena pembatasan COVID-19, sang ratu duduk sendirian selama pelayanan pemakaman Pangeran Philip, yang dia gambarkan sebagai "kekuatan dan bertahan"
Wafatnya Pangeran Philip membuat Ratu Elizabeth kehilangan orang terdekat dan paling terpercaya, yang telah berada di sampingnya selama 69 tahun pemerintahannya yang memecahkan rekor.
Menggambarkan rasa cintanya, Ratu Elizabeth II memilih sendiri beragam bunga putih untuk diletakkan di atas peti jenazah Pangeran Philip. Sura cinta terakhirnya juga diselipkan di antara bunga-bunga tersebut.
Menjadi semakin tidak mudah, Istana Buckingham baru saja menghadapi salah satu persoalan pelik, terkait dengan pengungkapan rasisme dan pengabaian oleh cucunya Pangeran Harry dan Meghan.
Perayaan ulang tahun resmi Ratu yang biasanya jatuh pada Hari Sabtu kedua di Bulan Juni, atau Trooping the Color juga disebut tidak akan dihelat tahun ini.
Selama masa barkebung, Ratu juga akan memakai kertas bergaris khusus, menampilkan lambangnya dalam warga hitam. Biasanya, lambang tersebut dalam warna merah. Ini berbeda dengan tradisi berkabung Kerajaan Inggris, melansir People.
Biasanya, tradisi keluarga kerajaan selalu menggunakan kertas bergaris tepi hitam selama masa berkabung. Pemakaian kertas tulis bertepi hitam selama masa berkabung sangat populer pada abad ke-19. Salah satu contohnya adalah Ratu Victoria yang menggunakan kertas itu setelah Pangeran Albert meninggal pada 1861.
Sikap ini kabarnya ditunjukkan oleh sang Ratu sebagai bentuk penghormatan kepada Pangeran Philip yang dikenal simpel selama hidup. Ia bahkan meminta pemakamanannya digelar tanpa prosesi kenegaraan dan pidato.
BACA JUGA:
Lahir pada 21 April 1926 di Bruton Street, pusat Kota London, Ratu Elizabeth tumbuh besar tanpa menyangka akan menjadi ratu. Sang ayah, George VI, diangkat sebagai raja menggantikan sang kakak Edward VIII yang turun dari tahta kerajaan di tahun 1936 untuk menikahi Wallis Simpson.
Ratu Elizabeth II naik tahta dalam usia 25 tahun pada 1952, menjadikannya pemimpin Kerajaan Inggris terlama yang memerintah, melampaui nenek buyutnya Ratu Victoria. Ia juga menjadi ratu bagi 15 negara persemakmuran bekas jajahan Inggris, termasuk Kanada, Australia dan Selandia Baru.