JAKARTA - Pemerintah India tengah dihadapkan pada lonjakan kasus COVID-19. Data Worldometers, India kini memiliki total kasus infeksi COVID-19 sebanyak 15.057.767 kasus. Kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan di atas Brasil.
Kasus COVID-19 harian di India melonjak rekor 273.810 pada Hari Senin kemain, dan kematian naik 1.619 menjadi 178.769. Rumah sakit kekurangan tempat tidur, oksigen dan obat-obatan utama.
Pemerintah bergerak cepat. Ibu kota India, New Delhi menjalani penguncian ketat selama enam hari ke depan. Program vaksinasi juga dikebut. Pemerintah mewajibkan produsen vaksin memasok 50 persen dosis kepada pemerintah federal, sisanya kepada negara bagian dan pasar terbuka dengan harga yang diumumkan sebelumnya.
Terkait vaksin, India akan membebaskan bea masuk 10 persen untuk vaksin COVID-19 yang diimpor, seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Reuters, seperti dilansir Selasa 20 April.
Vaksin Sputnik V Rusia yang diimpor India akan segera tiba. Selain itu, pemerintah juga mendesak Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson untuk menjual produk mereka ke India.
Pejabat yang engan disebutkan namanya itu menuturkan, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan entitas swasta mengimpor vaksin yang disetujui untuk dijual di pasar terbuka, tanpa campur tangan pemerintah dan diberi kebebasan untuk menetapkan harga.
Pemerintah India saat ini mengatur seluruh kebijakan terkait dengan vaksin COVID-19. Belum ada komentar dari pihak berwenang terkait hal ini.
Selain menghapus bea masuk vaksin, India juga berharap Amerika Serikat akan segera mencabut larangan bahan baku vaksin yang mengancam akan memperlambat produksi vaksin COVID-19 di negara itu, sebut dua sumber.
Salah satu sumber mengatakan, Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memberi tahu India, permintaannya sedang dipertimbangkan dan akan ditindaklanjuti secepatnya.
Kementerian Luar Negeri India menyebut, Menteri Luar Negeri Subrahmanyam Jaishankar telah berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, antara lain membahas masalah yang berkaitan dengan kerja sama kesehatan. Sementara, Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi bahwa kedua diplomat itu membahas COVID-19, tetapi tidak memberikan perincian.
BACA JUGA:
Amerika Serikat diketahui menggunakan ketentuan Defense Production Act, untuk menahan bahan baku vaksin hanya untuk produsen vaksin dalam negeri. Tetapi, Serum Institute of India (SII), pembuat vaksin terbesar di dunia, mengatakan ini bertentangan dengan tujuan global berbagi vaksin secara adil.
"Amerika Serikat perlu mencabut pembatasan untuk API yang tanpanya tidak akan ada vaksin untuk semua," kata salah satu sumber, mengacu pada bahan aktif farmasi untuk memproduksi vaksin.
Untuk diketahui, SII sendiri memiliki lisensi untuk membuat vaksin COVID-19 AstraZeneca, serta vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat Novavax.