Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Kesehatan Inggris tengah menyelidiki laporan temuan 77 kasus varian COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India. Kasus-kasus ini ditemukan di Inggris dan Skotlandia.

Varian ini disebut lebih mudah menyebar dan menghindari vaksin COVID-19. Kendati demikian, ilmuwan Badan Kesehatan Publik Inggris (PHE) menyebut belum banyak data terkait varian ini.

"Belum ada cukup data untuk mengklasifikasikannya sebagai "varian perhatian. Juga terlalu dini untuk memutuskan apakah varian India harus dimasukkan dalam daftar merah perjalanan pemerintah," kata Dr. Susan Hopkins dari PHE, melansir BBC, Senin 19 April. 

Lebih jauh dalam 'Andrew Marr Show' Dr. Hopkins menerangkan. "Kami telah melihat beberapa kasus (dari varian COVID-19 India) yang belum muncul dari perjalanan tetapi kami masih mencoba menjalani penyelidikan untuk melihat dengan sangat rinci dari mana mereka mungkin mendapatkannya," ungkapnya.

"Untuk meningkatkannya ke peringkat, kami perlu tahu bahwa itu meningkatkan penularan, meningkatkan keparahan atau menghindari vaksin, dan kami belum memilikinya," tambahnya.

Sementara itu, ahli epidemiologi Dr. Mike Tildesley mengatakan, pekerjaan harus segera dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang varian tersebut.

"Saya akan selalu mengatakan ketika varian baru ini benar-benar muncul, itu menjadi perhatian dan sangat penting bagi kami untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin secepat mungkin," paparnya.

"Yang mengkhawatirkan tentang varian India adalah, tampaknya ada dua mutasi yang mungkin membuat vaksin kurang efektif, dan mungkin membuat virus lebih mudah menular. Kuncinya di sini adalah 'mungkin'. Kami masih berusaha mengumpulkan bukti tentang ini," imbuhnya.