Bagikan:

JAKARTA - Ahli epidemiologi terkemuka Inggris menyebut, varian COVD-19 asal India atau varian Delta, 60 persen lebih menular dibanding varian yang pertama kali teridentifikasi di Inggris atau varian Alpha.

Prof. Neil Ferguson, yang memimpin tim respons COVID-19 di Imperial College London menyebut kabar ini tidak sepositif yang diinginkannya. 

"Perkiraan terbaik saat ini adalah varian ini mungkin 60 persen lebih menular daripada varian Alpha," kata Prof. Ferguson kepada program Today BBC Radio 4, Jumat 4 Juni seperti dilansir The National News

“Sebagian lolos dari kekebalan vaksin, meskipun masih ada banyak perlindungan, dan mungkin menyebabkan penyakit parah dari data rawat inap yang dilaporkan. Itu bisa berkisar antara 30 hingga 100 persen lebih banyak, tetapi 60 persen adalah perkiraan pusat yang bagus," lanjutnya.

Prof. Ferguson mengatakan, orang yang tidak divaksinasi menghadapi risiko dua kali lipat dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.

"Jelas vaksin masih memiliki efek substansial, meskipun mungkin sedikit terganggu. Kami masih menunggu data tentang seberapa besar varian ini dapat menghindari kekebalan, yang dapat melindungi Anda dari rawat inap," paparnya.

Diungkapkan olehnya, varian Nepal yang sebagian disalahkan atas keputusan Inggris untuk menghapus Portugal dari daftar hijau untuk perjalanan, pada dasarnya adalah varian India dengan mutasi lebih lanjut.

Ditanya tentang prospek Inggris mencabut pembatasan jarak sosial pada 21 Juni seperti yang direncanakan, Prof. Ferguson mengatakan itu adalah 'panggilan penilaian yang sulit' untuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

"Data menunjukkan minggu ini ke arah yang lebih negatif daripada minggu lalu," tandasnya.

Sebelumnya, Public Health England (PHE) mengatakan pada Hari Kamis, varian Delta menjadi varian dominan di Inggris, dengan 12.431 kasus tercatat hingga 2 Juni, meningkat tajam dari 6.959 infeksi yang dilaporkan pada minggu sebelumnya.

Pejabat kesehatan mengatakan, ada bukti yang menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi varian tersebut berisiko lebih besar dirawat di rumah sakit. Ironisnya, sekitar dua dari tiga pasien dengan strain India belum menerima vaksin COVID-19.

Dari 479 orang yang dirawat di rumah sakit di Inggris antara 1 Februari dan 31 Mei, semuanya terinfeksi varian India, 309 tidak divaksinasi, sementara delapan belas orang telah menerima dua dosis vaksin COVID-19. Dari 137 kasus yang dirawat di rumah sakit semalam, 90 belum diinokulasi, sementara tujuh telah menerima dua dosis vaksin.