JAKARTA - Mantan menteri kesehatan dr Terawan Agus Putranto bersama tim risetnya mengungkap hasil uji klinis fase 2 Vaksin Nusantara dalama rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu, 16 Juni.
"Soal varian, saya jawab gampang sekali, hanya butuh delapan hari, antigen saya ganti. Karena Antigen itu rekombinan jadi spike S, kita tinggal lihat dia mutasi mana, tinggal gabung-gabung saja," ujar Terawan.
"Tinggal kita tambahi mutasi Inggris, India, maupun Afrika Selatan," sambungnya.
"Hasilnya adalah kejadian tidak diinginkan semua derajat ringan. Terdapat 24 subyek yang mengeluhkan reaksi lokal grade 1," jelas Letkol Jonny
Berikut kejadian tidak diinginkan kategori ringan yang dicatat:
Memar: 3 orang
Kemerahan: 3 orang
Gatal: 1 orang
BACA JUGA:
Lebih Ganas
Zubairi merinci, jika menggunakan vaksin AstraZeneca hanya kebal 60 persen meski sudah dua kali suntikan. Sementara, vaksin Pfizer bisa kebal hingga 80 persen terhadap varian Delta ini.
Bahayanya, kata Zubairi, efektivitas vaksin COVID-19 akan menurun terhadap varian Delta ini.
Oleh karena itu, Zubairi meminta seluruh masyarakat Indonesia waspada supaya tidak bernasib sama seperti India yang mengalami tsunami COVID-19.
"India kan kasusnya melonjak karena abai, bahasanya komplasensi artinya mulai tidak peduli, mirip juga seperti di Taiwan, di mana orang-orang di sana merasa tidak mungkin tertular karena mereka lockdown di awal, sehingga abai dan karena itu muncul banyak," sambung Zubairi.
Zubairi juga meminta kepada masyarakat agar tidak merasa percaya diri bisa tertular COVID-19 meski sudah divaksin.