Setelah Evaluasi Setahun, Eks Menkes Terawan Klaim Vaksin Nusantara Tak Perlu <i>Booster</i>
Eks Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto. (Antara)a

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengklaim Vaksin Nusantara ampuh menghadapi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Bahkan, Terawan mengklaim vaksin besutannya itu tak perlu suntikan dosis ketiga atau booster untuk kembali memperkuat daya tahan tubuh seseorang dari ancaman Covid-19.

"Yang jelas dari hasil evaluasi dalam satu tahun, uji klinis satu dan dua kemampuan untuk memproteksi terhadap COVID-19 masih tinggi, artinya vaksin Nusantara tidak perlu booster," ujar Terawan usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin 20 Juni.

Di samping itu, ia juga mengklaim Vaksin Nusantara mampu melawan varian omicron, termasuk varian-variannya.

"Cukup melawan Omicron, termasuk varian-variannya," tuturnya melansir Antara.

Saat ini, lanjut dia, tim Vaksin Nusantara merencanakan untuk melakukan uji klinis fase tiga seraya menunggu izin edar alat kesehatan untuk membuat Vaksin Nusantara dari Kementerian Kesehatan.

"Izin edar alat kesehatan supaya barang untuk membuat Vaksin Nusantara bisa diberikan ke semua daerah, semua orang bisa melakukan pembuatan vaksin Nusantara," tuturnya.

Ia menambahkan, uji klinis fase tiga Vaksin Nusantara itu sedianya akan melibatkan 1.800 subjek.

"Sesuai aturannya 1.800 (subjek) dan kita selalu siapkan. Karena ini sebuah platform yang baru ya tentunya butuh mindset yang baru, pemikiran yang baru," ucapnya.

Ia mengemukakan, Vaksin Nusantara adalah vaksin yang berbasis sel dendritik. Sel dendritik adalah Antigen Presenting Cell (APC) terkuat di tubuh manusia yang berperan penting dalam kekebalan tubuh imun.

"Oleh karena itu kami mengembangkan pembuatan vaksin COVID-19 yang menggunakan sel dendritik," paparnya.

Ia menambahkan, kelebihan dari vaksin ini adalah autologus, bersifat individual, tidak mengandung zat tambahan berbahaya, aman untuk penderita dengan imunitas rendah seperti penderita kanker diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, autoimun, dan lainnya.