Bagikan:

JAKARTA - Pendakwah Ustaz Adi Hidayat membalas pernyataan Gus Miftah yang mempertanyakan ihwal hebohnya rendang babi masakan Padang khas Minang lantas dikait-kaitnya dengan agama.

Ketika itu, Gus Miftah tak habis pikir. Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Sleman itu menilai rendang hanya sebatas menu makan. Tiap orang bebas mengkreasikannya dengan catatan membubuhkan informasi jika tidak halal.

Gus Miftah pun mengimbau agar kehebohan tentang rendang berbahan baku daging babi ini tidak menjadi berlarut-larut.

"Eh ngomong-ngomong, sejak kapan ya rendang punya agama?" ujar Gus Miftah dalam video diakun Instagramnya, @gusmiftah, dikutip Senin 20 Juni.

Meresponsnya, pendakwah Ustaz Adi Hidayat menuturkan, tradisi telah dilakukan secara turun temurun. Begitu juga dengan rendang yang dilakukan oleh orang Minang seharusnya diberi ruang untuk apresiasi.

Sebab itu, kata Adi, siapapun tidak berhak menyepelekan makanan kreasi orang Minang.

"Jangan pernah mengecilkan apapun apalagi bila sudah menjadi tradisi," kata Adi lewat video di kanal Youtubenya, Adi Hidayat Official.

Adi lantas membalas pernyataan Gus Miftah lebih detail lagi. "Ada pertanyaan sejak kapan rendang itu punya agama, apa jawabannya? Sejak batik, calung, angklung punya kewarganegaraan," tuturnya.

Menurut Adi, dikreasikannya menu rendang dengan daging babi seperti klaim atas tradisi secara sepihak. Adi membandingkannya dengan batik yang menjadi budaya Indonesia seandainya diklaim negara lain pasti ditolak keras masyarakat di Tanah Air.

"Kalau misalkan batik diklaim sama Malaysia mau atau tidak? Tidak. Orang Indonesia akan mengatakan batik itu budaya Indonesia, sudah melekat karena itu tidak ingin diklaim negara-negara lain," imbuhnya.

Adi menekankan tradisi Minang lekat dengan syariat. Tanggapan Adi terhadap pernyataan Gus Miftah ini lantas viral di media sosial.

Sebelumnya, Gus Miftah angkat suara tentang rendang dibuat dari daging babi yang ramai di media sosial. Rendang itu dinilai mencederai orang Minang dan merembet dikaitkan dengan agama.

Gus Miftah mengatakan pedoman Muslim makan dan minum halal terdapat dalam surat Al-Baqarah. Dia menegaskan, ajakan tersebut hanya berlaku untuk umat Muslim, tidak untuk umat agama lain.

Lebih lanjut, Gus Miftah menyebutkan, umat non-Muslim bebas memakan apa saja dan membuat masakan dengan berbagai racikan sesuai selera.

"Kewajiban makan makanan yang halal itu untuk orang Islam ya, orang non Islam ya terserah mau makan apa. Termasuk mau dimasak dengan bumbu apa, dengan cara apa, ya selera mereka," lanjutnya.

Seperti kehebohan rendang babi yang dijual di resto Babiambo di bilangan Kelapa Gading Timur, Jakarta Timur belum lama ini, Gus Miftah mengatakan hal itu sah-sah saja lantaran penjual telah memberikan label non-halal.

Upaya Babiambo menginformasikan label itu, lanjut dia, membuat orang lain menjadi mengetahui sehingga dapat memutuskan untuk membeli atau tidak.

"Saya justru berterima kasih kepada para penjual makanan haram yang memberikan label nonhalal. Sehingga ketika melihat makanan nonhalal yang kita lakukan jangan emosi, cukup enggak usah dibeli, selesai," tandas Gus Miftah.