Dapat Suntikan Vaksin Nusantara dari Terawan, Moeldoko: Semoga Tak Diasumsikan Macam-macam
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko divaksinasi menggunakan vaksin Nusantara oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (DOK Instagram Moeldoko)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko divaksinasi menggunakan vaksin Nusantara oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Hal ini diunggah dalam akun Instagramnya.

"Hari ini, saya menerima suntikan vaksin Nusantara untuk mencegah penularan Covid-19 dari Letjend (Purn.) Terawan Agus Putranto di RSPAD Gatot Soebroto," kata Moeldoko dalam akun Instagram dr_moeldoko pada Jumat, 30 Juli.

Moeldoko menuturkan, vaksin ini memakai metode dendritik. Bahan dasarnya berasal dari sel darah dari penerima vaksin itu sendiri.

"Setelah sel itu melalui proses di laboratorium, sel darah tersebut kembali dimasukkan ke dalam tubuh saya," ucapnya.

Moeldoko mengaku ingin ikut serta dalam mendukung inovasi produk dalam negeri demi berperan serta mengatasi pandemi COVID-19.

“Biarlah saya ikut mencoba dulu sebagai dukungan pada kerja keras anak bangsa. Semoga dukungan saya ini tidak diasumsikan macam-macam," tutur dia.

Diketahui, Terawan sebelumnya mengklaim vaksin Nusantara yang dikembangkannya dengan teknologi sel dendritik bisa jadi solusi mengatasi berbagai varian baru virus corona yang bermunculan belakangan ini. Termasuk, virus ganas varian Delta yang lebih cepat menular.

"Soal varian, saya jawab gampang sekali, hanya butuh delapan hari, antigen saya ganti. Karena Antigen itu rekombinan jadi spike S, kita tinggal lihat dia mutasi mana, tinggal gabung-gabung saja," ujar Terawan dalama rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu, 16 Juni.

"Tinggal kita tambahi mutasi Inggris, India, maupun Afrika Selatan," sambungnya.

Vaksin Nusantara telah melalui uji klinis fase 2 vaksin Nusantara. Salah seorang peneliti vaksin Nusantara, Letkol Jonny, mengungkap adanya sejumlah kejadian tidak diinginkan (KTD) yang muncul selama uji klinis. Namun, diklaim tidak ada efek yang dikategorikan serius, umumnya hanya efek ringan.

"Hasilnya adalah kejadian tidak diinginkan semua derajat ringan. Terdapat 24 subyek yang mengeluhkan reaksi lokal grade 1," jelas Letkol Jonny.