Kemenkes: Vaksin Nusantara Tidak Dikomersialkan
ILUSTRASI/ANTARA FOTO

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi menegaskan Imunoterapi sel dendritik atau yang dulu dikenal Vaksin Nusantara besutan eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, tidak dapat dikomersialkan. Hal tersebut karena autologus atau bersifat individual.

Pernyataan tersebut sekaligus menjawab ramainya pembicaraan mengenai Vaksin Nusantara. Sebab, baru-baru ini, sempat ramai dikabarkan produk vaksin ini dibeli oleh Turki sebanyak 5,2 juta dosis.

"Sel dendritik bersifat autologus artinya dari materi yang digunakan dari diri kita sendiri dan untuk diri kita sendiri, sehingga tidak bisa digunakan untuk orang lain. Jadi, produknya hanya bisa dipergunakan untuk diri pasien sendiri," tuturnya dilansir dari situs Kemenkes, Sabtu, 28 Agustus.

Meski begitu, Nadia mengatakan, Vaksin Nusantara tetap dapat diakses oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan berbasis penelitian secara terbatas. Penelitian tersebut berdasarkan nota kesepahaman atau MoU antara Kementerian Kesehatan bersama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dan TNI Angkatan Darat pada April lalu terkait dengan 'Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik untuk Meningkatkan Imunitas Terhadap Virus SARS-CoV-2'.

"Masyarakat yang menginginkan Vaksin Nusantara atas keinginan pribadi nantinya akan diberikan penjelasan terkait manfaat hingga efek sampingnya oleh pihak peneliti. Kemudian, jika pasien tersebut setuju, maka Vaksin Nusantara baru dapat diberikan atas persetujuan pasien tersebut," ucapnya.

Sebelumnya sejumlah tokoh-tokoh terkemuka seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko pernah mendapat suntikan vaksin Nusantara dari mantan Menkes Terawan Agus Putranto.

Ada pun kalangan DPR yang disuntik Vaksin Nusantara yakni Sufmi Dasco Ahmad (Gerindra), Emanuel Melkiades Laka Lena (Golkar), Saleh Partaonan Daulay (PAN), Adian Napitupulu (PDIP), Nihayatul Wafiroh (PKB), dan Arzetty Bilbina (PKB).

Diberitakan sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan pemerintah terus mendukung pengembangan vaksin buatan dalam negeri.

"Pemerintah juga terus mendorong pengembangan vaksin nasional agar tidak hanya mengandalkan vaksin impor," kata Wapres Ma'ruf, Sabtu, 28 Agustus.

Menurut Ma'ruf, pengembangan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri saat ini telah ada dua macam, yaitu Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih. Pemerintah kini memasang target untuk segera memproduksi vaksin dan obat-obatan dalam negeri untuk penanganan COVID-19.

"Pemerintah menargetkan di masa mendatang, kita mampu memproduksi vaksin COVID-19 maupun obat-obatan lainnya untuk kemandirian bangsa di bidang kesehatan masyarakat," jelasnya.

Ma'ruf mengatakan vaksinasi menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19, selain menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah ingin membentuk kekebalan komunal atau herd immunity dengan melakukan vaksinasi COVID-19 terhadap sedikitnya 70 persen dari total penduduk Indonesia.