Akui Vaksinnya Kurang Ampuh, China Pertimbangkan Kombinasi Vaksin COVID-19
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Wikimedia Commons/Ministerio de Defensa del Perú)

Bagikan:

JAKARTA - Pejabat pengedalian penyakit China mengumumkan secara resmi, Negeri Tirai Bambu mempertimbangkan untuk melakukan kombinasi vaksin COVID-19, untuk meningkatkan kemanjuran vaksin. 

Data yang tersedia menunjukkan vaksin China tertinggal dari yang lain, termasuk Pfizer dan Moderna dalam hal kemanjuran, tetapi memerlukan kontrol suhu yang lebih sedikit selama penyimpanan.

"Vaksin yang tersedia saat ini tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi," ungkap Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Gao Fu, melansir Reuters Senin 12 April.

"Inokulasi menggunakan vaksin dari jalur teknis yang berbeda sedang dipertimbangkan," lanjutnya. 

Lebih jauh Gao menerangkan, mengambil langkah-langkah untuk 'mengoptimalkan' proses vaksin, termasuk mengubah jumlah dosis dan lamanya waktu antara dosis, merupakan solusi 'pasti' untuk masalah kemanjuran.

China sendiri diketahui telah mengembangkan empat jenis vaksin domestik yang disetujui untuk penggunaan publik. Seorang pejabat setempat mengatakan pada Hari Sabtu, negara tersebut kemungkinan akan memproduksi 3 miliar dosis pada akhir tahun.

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac China ditemukan memiliki tingkat kemanjuran sedikit di atas 50 persen dalam uji klinis Brasil. Sebuah studi terpisah di Turki mengatakan vaksin tersebut efektif 83,5 persen.

Tidak ada data khasiat rinci yang telah dirilis pada vaksin yang dibuat oleh Sinopharm China. Dikatakan dua vaksin yang dikembangkan oleh unitnya masing-masing memiliki efektivitas sebesar 79,4 persen dan 72,5 persen berdasarkan hasil sementara. Sebagai pembanding, vaksin Pfizer memiliki keampuhan hingga 97 persen. 

Kedua pembuat vaksin telah mempresentasikan data tentang vaksin COVID-19 mereka yang menunjukkan tingkat kemanjuran sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), panel WHO mengatakan pada Bulan Maret.

China diketahui mengirimkan jutaan vaksinnya ke luar negeri. Otoritas China gigih memperjuangkan vaksin lansiran mereka, sambil mempertanyakan kemampuan keamanan dan logistik vaksin COVID-19 lainnya.

"Data uji tingkat perlindungan vaksin global sama-sama tinggi dan rendah," kata Gao kepada media pemerintah Global Times pada Hari Minggu.

"Bagaimana meningkatkan tingkat perlindungan vaksin adalah masalah yang perlu dipertimbangkan oleh para ilmuwan global,” imbuh Gao, seraya menambahkan, mencampurkan vaksin dan menyesuaikan metode imunisasi adalah solusi yang ia usulkan.