Bahas Soal Vaksin COVID-19 dengan Menlu China, Retno Marsudi: Kesetaraan Akses Vaksin Harus Terlaksana
Ilustrasi vaksin. (Unsplash/Sam Moqadam)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah meningkatnya kasus COVID-19, seperti di sejumlah negara Eropa dan India, produsen vaksin COVID-19 di negara tersebut terkena kebijakan larangan ekspor atau nasionalisasi vaksin COVID-19.

Uni Eropa dan India diketahui menerapkan larangan ekspor vaksin COVID-19 atau menghentikan program ekspor vaksin, lantaran ingin memenuhi kebutuhan dalam negeri seiring peningkatan kasus COVID-19.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi sebagai co-chairs dari COVAX AMC Engagement Group mengatakan, kondisi tersebut mengkhawatirkan dan memengaruhi penanganan pandemi COVID-19. 

Dikatakan olehnya, pembatasan dan larangan ini sangat berpengaruh terhadap laju rantai pasok penyediaan vaksin bagi dunia, baik melalui jalur bilateral maupun melalui jalur multilateral.

"Jika pembatasan dan pelarangan ini terus terjadi, maka dikhawatirkan akan semakin lama dunia dapat lepas dari pandemi secara bersama, akan semakin lama pemulihan ekonomi dapat dilakukan secara bersama," ujarnya dalam konferensi pers virtual dari Fujian, China, usai bertemu Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Jumat 2 April. 

"Oleh karena itu, sebagai salah satu co-chairs dari COVAX AMC Engagement Group, saya memiliki tanggung jawab moral untuk terus menyerukan kerja sama agar kesetaraan akses terhadap vaksin untuk semua negara dapat terlaksana," lanjut Retno yang dalam kunjungan kali ini didampingi oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Lebih jauh Menlu Retno menerangkan, dalam pertemuannya dengan Menlu Wang Yi, Indonesia dan China sepakat untuk melakukan upaya penguatan kerja sama, jangka panjang maupun jangka pendek dengan dalam hal vaksin. 

Untuk jangkan pendek, Indonesia berharap China terus memberikan dukungan pengiriman vaksin COVID-19, sesuai dengan komitmen yang mengikat dan jadwal yang ada. 

"Sementara jangka panjang, Indonesia ingin menjadi hub vaksin di Asia Tenggara. Ide ini masih di tahap awal, namun yang kita usulkan antara lain kerjasama penguatan riset pengembangan vaksin, pengembangan industri bahan baku dan peningkatan kapasitas produksi vaksin nasional," paparnya.

"Semua ide ini akan kita bahas lebih lanjut. Tetapi secara prinsip China  memberikan dukungan terhadap inisiatif ini," imbuhnya.

Ditambahkan Menlu Retno, kerja sama vaksin juga dibahas olehnya saat melakukan pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Di mana, dukungan politik Rusia telah diberikan bagi pengembangan kerja sama vaksin dengan Indonesia.