Bagikan:

JAKARTA - Peritel fesyen asal Swedia H&M menghadapi potensi boikot di China, setelah tahun lalu mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait laporan kerja paksa di Xinjiang, yang membuat gaduh media sosial minggu ini. 

Dalam pernyataan yang dimuat pada situs web perusahaan yang diunggah pada September lalu, usai pengawasan global meningkat terkait pelibatan Muslim Uighur dalam kerja paksa di Xinjiang. 

H&M menyebut prihatin dengan laporan organisasi masyarakat sipil dan media, yang mencakup tuduhan kerja paksa dan diskriminasi terhadap etnis minoritas agama di Xinjiang. H&M juga mengatakan berhenti membeli kapas dari petani di wilayah tersebut. 

Lebih dari setengah tahun kemudian, setelah negara-negara Barat ramai-ramai menjatuhkan sanksi terhadap China karena Xinjiang, H&M menuai reaksi daring dari konsumen China. Ini setelah muncul komentar dari Liga Pemuda Komunis, organisasi yang berpengaruh.

“Ingin menghasilkan uang di China sambil menyebarkan rumor palsu dan memboikot kapas Xinjiang? Angan-angan! " kata kelompok itu dalam sebuah pos, menggemakan salah satu pernyataan Tentara Pembebasan Rakyat yang menyebut sikap H&M 'bodoh dan sombong', melansir The New York Times.

Diketahui, Inggris, Kanada, Amerika Serikat dan Uni Eropa pada Senin pekan ini mengumumkan sanksi terhadap sejumlah pejabat China, terkait dengan apa yang disebut pelanggaran HAM di Xinjiang. 

Kira-kira satu dari lima pakaian katun yang dijual secara global mengandung kapas atau benang dari wilayah tersebut, di mana pihak berwenang telah menggunakan program kerja paksa dan penahanan massal untuk membentuk kembali sebanyak satu juta orang Uighur, Kazakh, dan minoritas Muslim lainnya yang sebagian besar Muslim, menjadi contoh sistem kerja di bawah Partai Komunis. 

Huang Xuan, seorang aktor China yang memiliki kontrak pakaian pria dengan H&M, mengunggah pernyataan yang mengatakan dia akan keluar dari kesepakatan. Ia menentang fitnah, rumor dan setiap upaya untuk mendiskreditkan China.

Penyanyi dan aktris Victoria Song yang sempat meng-endorse H&M, juga menerbitkan pernyataan tidak lagi memiliki hubungan dengan H&M. Ia juga menekankan kepentingan nasional di atas segalanya.

Pada Rabu malam, setidaknya tiga platform e-commerce utama China - Pinduoduo, Jingdong dan Tmall, telah menghapus H&M dari hasil pencarian dan menarik produknya dari penjualan. Ini menegaskan tekanan yang harus dihadapi oleh perusahaan asing, saat mencoba 'mencampuri' urusan poltik, kedaulatan dan catatan hak asasi manusia di China.

Sementara, stasiun televisi negara CCTV mengkritik H&M dan menyebutnya salah dalam membuat perhitungan. 

"Kesalahan perhitungan untuk mencoba berperan sebagai pahlawan yang salah. H&M pasti akan membayar mahal untuk tindakannya yang salah," sebut CCTV.

H&M China pun langsung menanggapi 'serbuan' ini lewat unggahan di situs mikroblogging Sina Weibo, dengan mengatakan perusahaan tidak mewakili posisi politik apa pun. 

"H&M Group selalu menghormati konsumen China. Kami berkomitmen untuk investasi dan pengembangan jangka panjang di China," bunyi pernyataan tersebut. 

Untuk diketahui, H&M adalah peritel mode terbesar kedua di dunia berdasarkan penjualan, setelah Inditex, pemilik Zara. China merupakan pasar terbesar keempat dari produk-produk H&M.