Senasib Bersitegang dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, China Kompak sama Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bersama Menteri Luar Negeri China Wang Yi (Sumber: fmprc.gov.cn)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia dan China menyatakan sama-sama menginginkan pertemuan puncak anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Selasa 23 Maret. Ini keluar di tengah turbulensi politik dunia. 

Kesamaan sikap ini diambil setelah pertemuan Menteri Luar China Wang Yi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Guilin, China, Senin 22 Maret.

"Pada saat gejolak politik global meningkat, pertemuan puncak anggota tetap Dewan Keamanan PBB sangat diperlukan, untuk membangun dialog langsung tentang cara-cara untuk menyelesaikan masalah bersama umat manusia, demi kepentingan menjaga stabilitas global," sebut pernyataan pada situs Kementerian Luar Negeri Rusia, melansir Reuters.

Pernyataan itu tidak menyebut nama Amerika Serikat(AS). Tetapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang dikutip oleh kantor berita TASS mengatakan pada konferensi pers setelah pembicaraan dengan mitranya dari China Wang Yi, Moskow dan Beijing sama-sama tidak senang dengan perilaku AS.

Mengutip pernyataan Lavrov, TASS menyebut Washingtong mengandalkan aliansi militer dan politik era Perang Dingin untuk mencoba menghancurkan arsitektur hukum internasional.

Memulai perjalanan dua hari ke China pada Hari Senin, Lavrov mengeluarkan seruan kepada Moskow dan Beijing untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS. Pernyataan bersama Hari Selasa, mendesak negara-negara lain untuk menahan diri dari campur tangan dalam urusan domestik Rusia dan China.

Lavrov mengatakan, Rusia dan China menganggap sanksi Eropa dan Barat tidak dapat diterima.

Pada Hari Senin, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan Kanada menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Rusia juga bersiap untuk babak baru sanksi AS atas apa yang dikatakan Washington sebagai campur tangan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020, yang dibantah Moskow.

Lavrov, menurut TASS, juga mengecam Uni Eropa, menuduh Brussels (markas Uni Eropa berada) menghancurkan hubungan Rusia - Uni Eropa dan mengatakan, Moskow hanya memiliki hubungan individu dengan negara-negara Uni Eropa.