Aliansi Investor Khawatir H&M cs Mendapat Tekanan di China Terkait Xinjiang
Ilustrasi foto udara Kota Xinjiang. (Wikimedia Commons/Anagoria)

Bagikan:

JAKARTA - Aliansi Investor untuk Hak Asasi Manussia, meminta perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat untuk tetap menyoroti dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang, China, di tengah meningkatkan ketegangan akhir-akhir ini. 

Kelompok yang terdiri lebih dari 50 investor dan didukung oleh Interfaith Center on Corporate Responsibility ini mengungkapkan, pihaknya tengah dalam proses menghubungi lebih dari 40 perusahaan, termasuk H&M, VF Corp, Hugo Boss dan pemilik Zara Inditex.

Tujuannya, untuk meminta informasi lebih lanjut tentang rantai pasokan bahan baku mereka. Sekaligus, meminta perusahaan-perusahaan terkait untuk keluar dari situasi yang bisa menyebabkan pelanggaran HAM.

Direktur Program Aliansi Investor untuk Hak Asasi Manusia Anita Dorett menuturkan, pihaknya khawatir sejumlah perusahaan mengalami tekanan dari media sosial dan otoritas China, terkait dengan masalah Xinjiang.

Sejumlah perusahaan dikhawatirkan telah menghapus kritikan terkait kerja paksa di situs milik perusahaan. Atau, perusahaan berjanji untuk membeli lebih banyak kapas dari Xinjiang karena khawatir akan reaksi keras yang akan dialami. 

"Sebagai investor, kami menginginkan transparansi dan akuntabilitas. Ini adalah bisnis mereka. Jika mereka tidak tahu apa yang terjadi, siapa lagi? kata Dorett melansir Reuters

Aliansi investor menilai, perusahaan yang menghapus atau memindahkan pernyataan sehubungan dengan Xinjiang melakukannya karena takut akan pembalasan komersial dari pemerintah China. 

Dorett mengungkapkan, aturan kepatuhan sedang dikembangkan di pasar lain, termasuk Uni Eropa, mewajibkan mereka untuk sepenuhnya mengungkapkan rantai pasokan mereka.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah merek Barat seperti H&M, Burberry, Nike, Adidas dan lainnya, mendapatkan boikot di China sepanjang pekan lalu, terkait dengan kekhawatiran kerja paksa di Xinjiang. 

Gelombang boikot bertepatan dengan sanksi yang dijatuhkan oleh Inggris, Kanada, Uni Eropa, dan Amerika Serikat atas apa yang disebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Muslim Rohingya dan minoritas lainnya yang terjadi di Xinjiang.

Peritel fesyen asal Swedia H&M sejak Jumat pekan lalu tidak lagi memuat tautan ke pernyataan tahun 2020 tentang Xinjiang, dalam situs webnya. Sementara, Pernyataan Inditex tentang kerja paksa di situsnya tidak lagi tersedia mulai Kamis lalu.

Pernyataan asli VF Corp di Xinjiang tidak lagi tersedia, dengan pernyataan baru dipublikasikan di bagian lain situs. Perwakilan perusahaan pada Hari Selasa mengatakan, perusahaan tidak mengubah posisi, kebijakan atau praktik perusahaan, tanpa membahas lokasi baru pernyataan. 

Ada pun Hugo Boss minggu lalu melalui akun media sosial China menyatakan akan terus membeli kapas Xinjiang. Kendati, juru bicara perusahaan Carolin Westermann menyebut Hugo Boss belum membeli barang apa pun dari Xinjiang. 

 

Diketahui, Aliansi Investor untuk Hak Asasi Manusia memiliki lebih dari 160 investor institusional dan organisasi lain sebagai anggota, memiliki aset lebih dari 5 triliun dolar Amerika Serikat yang dikelola saat ini, menurut situs webnya, seperti dimuat Reuters