JAKARTA - Polemik ekspor vaksin COVID-19 antara Uni Eropa dengan produsen vaksin AstraZeneca memasuki babak baru, seiring dengan usulan Uni Eropa untuk memperketat kontrol ekspor vaksin yang diumumkan Rabu 24 Maret.
Proposal kontrol ekspor baru yang diajukan oleh Komisi Eropa akan mengatur ekspor vaksin COVID-19 dari Uni Eropa, berdasarkan tingkat vaksinasi dan ekspor vaksin negara tujuan.
Tindakan tersebut adalah upaya terbaru Komisi untuk melindungi pasokan bagi warganya, menyusul kekurangan AstraZeneca dalam memberikan dosis vaksin ke Uni Eropa, terlepas dari kewajiban kontrak, sambil terus memenuhi target dosis vaksin ke Inggris.
Wakil Presiden Komisi Uni Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan, tujuan dari perubahan tersebut untuk memiliki lebih banyak transparansi pada ekspor, sekaligus mendapatkan gambaran lengkap tentang apa yang terjadi di luar Uni Eropa, untuk menghindari kemungkinan pengelakan dari aturan tersebut.
Pernyataan Dombrovskis datang pada hari yang sama, ketika 29 juta dosis vaksin AstraZeneca yang direncanakan untuk diekspor ditemukan dalam 'penggerebekan' yang dilaporkan di sebuah pabrik di luar Roma, Italia, melansir CNN.
Dombrovskis mengatakan, Uni Eropa tidak dapat mengomentari asal atau potensi penggunaan jutaan dosis vaksin AstraZeneca yang dilaporkan ditemukan di Italia. Tetapi mencatat, pembuat obat tersebut 'sangat jauh dari komitmen kontrak mereka'.
"Mereka telah berkomitmen untuk mengirimkan 120 juta dosis ke Uni Eropa pada kuartal pertama tahun ini. Mereka berjanji untuk dapat memberikan 30 juta dosis, tetapi mereka bahkan tidak mendekati angka ini, hingga hari ini," ungkap Dombrovskis.
Sementara itu, juru bicara AstraZeneca membantah laporan bahwa dosis tersebut adalah bagian dari persediaan. Ia mengatakan, vaksin itu dibuat di luar Uni Eropa dan dibawa ke pabrik untuk diisi ke dalam botol, sebelum mendistribusikannya ke negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui fasilitas COVAX.
Lebih jauh diterangkan, 13 juta dari dosis tersebut menunggu rilis kontrol kualitas untuk dikirim ke COVAX. Sementara 16 juta dosis lainnya sedang menunggu kontrol kualitas untuk dirilis ke Eropa.
"Proses pembuatan vaksin sangat kompleks dan memakan waktu. Dosis vaksin harus menunggu izin kendali mutu setelah botol diisi," jelasnya.
BACA JUGA:
Masih di Hari Rabu, Uni Eropa dan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama, akan bekerja sama dalam langkah-langkah spesifik untuk menciptakan situasi win-win solution dan memperluas pasokan vaksin.
Rencananya, para pemimpin Eropa akan bertemu pada Kamis dan Jumat ini, untuk membahas proposal dan krisis virus corona yang lebih luas di Eropa.