Bagikan:

JAKARTA - Uni Eropa pada Selasa waktu setempat, membantah telah memblokir pengiriman 3,1 juta dosis vaksin COVID-19 lansiran AstraZeneca ke Australia, seiring dengan peningkatan pengawasan ekspor vaksin untuk mengatasi kekurangan.

"Kami tidak dapat mengonfirmasi keputusan baru untuk memblokir ekspor vaksin ke Australia atau ke negara lain," kata juru bicara Komisi Eropa pada konferensi pers, seperti melansir Reuters, Rabu 7 Juli.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Hari Selasa mengatakan, pengiriman vaksin yang tidak terealisasi memengaruhi program vaksinasi di Negeri Kangguru. 

"Pada awal Januari, kami bersiap akan mendapatkan 3,1 juta vaksin. Vaksin itu tidak dipasok ke Australia," kata Morrison kepada wartawan di Canberra.

Sumber Pemerintah Australia mengatakan, Uni Eropa telah memblokir 3,1 juta dosis vaksin. Dan, hanya memiliki sedikit harapan untuk mendapatkan sisa 400 ribu dosis yang telah dijanjikan tepat waktu.

“Sejauh ini mereka telah memblokir 3,1 juta dosis. Kami belum putus asa, tetapi kami berhenti menghitungnya dalam persediaan yang kami harapkan," kata sumber tersebut sambil menambahkan, mereka hanya menerima 300.000 dosis dan 400.000 dosis lagi dijadwalkan tiba pada akhir April.

Kondisi ini menggarisbawahi kekurangan AstraZeneca dalam memenuhi dosis untuk Uni Eropa, berdampak pada program vaksinasi di Australia yang 80 persen terlambat dari jadwal.

Seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan, pihaknya hanya menolak satu dari 491 permintaan ekspor vaksin COVID-19 sejak meningkatkan transparansi ekspor pada akhir Januari.

Namun, ada tujuh permintaan ekspor yang saat ini sedang dalam proses peninjauan. Sehingga, proses pengiriman ditunda sampai keputusan dibuat.

Dia menolak mengatakan apakah pengiriman baru ke Australia termasuk di antara yang ditinjau. Namun seorang pejabat Uni Eropa mengatakan, tidak ada permintaan ekspor ke Australia yang sedang ditinjau.

"Satu-satunya permintaan yang ditolak dari hampir 500 yang diterima sejauh ini adalah pengiriman 250.000 dosis ke Australia pada Bulan Maret. Dari 30 Januari hingga 24 Maret, Uni Eropa mengekspor 1 juta dosis ke Australia," kata Komisi Eropa dalam siaran pers.

Sebelumnya, Uni Eropa sudah berulang kali mengatakan AstraZeneca mungkin tidak diizinkan mengekspor vaksin keluar wilayah Uni Eropa, sebelum memenuhi kewajiban kontraktualnya. 

Ini membuat AstraZeneca menahan diri untuk tidak mengirimkan beberapa permintaan ekspor vaksin. AstraZeneca tidak segera membalas permintaan komentar pada hari Selasa.

Dengan peluncuran inokulasi yang berjalan jauh di belakang Inggris dan Amerika Serikat, UE memperketat pengawasannya terhadap ekspor vaksin bulan lalu, memberikan ruang lingkup yang lebih besar untuk memblokir pengiriman. 

Australia sampai Selasa hanya mengonfirmasi 250.000 dosis AstraZeneca dari Uni Eropa, yang menurut Canberra tidak akan menunda jadwal inokulasinya.

Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan tidak bertanggung jawab atas kegagalan AstraZeneca dalam menegakkan komitmen ke negara lain. Sementara, dari 300 juta dosis vaksin yang dijanjikan AstraZeneca untuk Uni Eropa hingga akhir Juni, kemungkinan hanya 100 juta dosis yang terealisasi. 

Australia yang memiliki angka kasus positif dan kematian akibat COVID-19 yang rendah dibanding negara lain, memulai program vaksinasi lembih lambat. 

Namun, dari target program vaksinasi 4 juta orang hingga akhir Maret lalu, hanya terealisasi sebanyak 670 ribu orang. Vaksin AstraZeneca dari Eropa sedianya menjadi roda pemutar program vaksinasi, melengkapi 50 juta dosis vaksin yang diproduksi dalam negeri.