JAKARTA - Otoritas Australia mengumumkan pihaknya belum menerima lebih dari 3 juta dosis vaksin AstraZeneca, seiring dengan pembatasan ekspor yang dilakukan oleh Uni Eropa, Selasa 6 April. Akibatnya, program vaksinasi yang tengah dilaksanakan di Australia mengalami hambatan.
Semula, otoritas kesehatan Australia berjanji untuk memberikan setidaknya 4 juta dosis pertama vaksin COVID-19 pada akhir Maret. Namun, realisasinya hanya 670 ribu dosis, setelah Uni Eropa memblokir ekspor vaksin AstraZeneca.
Keputusan Uni Eropa diambil, seiring dengan kegagalan AstraZeneca memenuhi janji pengiriman vaksin sesuai jumlah yang dijanjikan kepada Uni Eropa.
"Kami dijadwalkan untuk menerima lebih dari 3 juta dosis vaksin AstraZeneca dari luar negeri. Sekarang belum tiba di Australia karena masalah pengiriman yang telah kami lihat terjadi di sini dan di bagian lain dunia," Penjabat Kepala Petugas Medis Michael Kidd mengatakan kepada Sky News, seperti dilansir Reuters.
Australia memulai program vaksinasi lebih lambat dibanding negara-negara lain, karen jumlah kasus infeksi dan korban tewas akibat COVID-19 di negara ini relatif rendah, sejak pandemi dimulai tahun lalu.
Tercatat kasus infeksi COVID-19 di bawah 29.400 kasus, sementara angka kematian sebanyak 909 kematian. Kendati demikian, penundaan dosis AstraZeneca membuatnya kesulitan untuk meningkatkan kecepatan program vaksinasi.
Mayoritas dari hampir 26 juta penduduk Australia akan diberikan vaksin AstraZeneca, dengan 50 juta dosis akan diproduksi secara lokal mulai akhir Maret. Sejauh ini, sekitar 2,5 juta dosis telah diproduksi secara lokal, dengan ribuan dosis telah lolos pengujian dan didistribusikan ke lokasi vaksinasi.
Serikat Farmasi Australia, yang ditugaskan untuk membantu pelaksanaan program vaksinasi nasional mulai Mei, mengatakan pada Hari Selasa, persetujuan vaksin domestik yang lambat dan masalah logistik sekarang akan dimaksimalkan selesai dikirim pada Juni.
"Kami telah diberitahu, penundaan itu terkait dengan rantai pasokan daripada kemampuan jaringan apotek untuk berpartisipasi," kata Presiden Serikat Farmasi Trent Twomey kepada Reuters.
Twomey juga menyalahkan peluncuran program vaksinasi COVID-19 yang lambat, karena kurangnya koordinasi antara pemerintah nasional dan negara bagian. Selain itu, Ia juga menyayangkan distribusi yang lebih lambat dari perkiraan dan kurangnya kepastian tentang pasokan vaksin.
BACA JUGA:
Sementara, otoritas nasional mengatakan, pusat vaksinasi akan berlipat ganda jumlahnya pada akhir pekan. Ini seiring dengan rencana peningkatan program vaksinasi yang bertujuan untuk memberikan setidaknya satu dosis kepada setiap orang pada akhir Oktober mendatang.