Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito meminta seluruh vaksin COVID-19 yang dikembangkan di Tanah Air untuk mempublikasikan proses pengembangannya, tak terkecuali Vaksin Nusantara. 

"Seluruh pengembangan vaksin harus dipublikasikan sesuai dengan kaidah ilmiah," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube BNPB Indonesia, Selasa, 23 Februari.

Wiku mengatakan, pemerintah terbuka dan mendukung adanya pengembangan vaksin di dalam negeri untuk menangani pandemi COVID-19. Namun, pengembangan vaksinasi ini harus sesuai dengan kaidah keilmuan yang ada.

"Pada prinsipnya, pemerintah terbuka untuk seluruh pengembangan vaksin di dalam negeri. Dalam masa pandemi, pemerintah terus mendukung dan mengawal pengembangan vaksin yang tentu harus didasari pada ilmu," ungkapnya.

Selain harus sesuai kaidah keilmuan, vaksin yang dikembangkan ini juga harus memiliki metode ilmiah, dan diuji di laboratorium hingga menghasilkan kandidat vaksin yang potensial. Barulah setelah kandidat vaksin ditemukan, langkah selanjutnya adalah melakukan uji praklinis dengan menggunakan hewan percobaan.

Uji praklinis ini baru dikatakan berhasil jika kandidat vaksin dinyatakan aman dan efektif menimbulkan antibodi di hewan yang disuntik. Usai tahapan tersebut, barulah kandidat vaksin tersebut memasuki tahapan uji klinis yang dilakukan pada manusia dan prosesnya harus melibatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Pemerintah berharap, semua pengembangan vaksin di Indonesia dapat menjalankan prinsip ini," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, lama tak terdengar kabarnya, mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ternyata sibuk melanjutkan pengembangan vaksin COVID-19 yang bernama Vaksin Nusantara. 

Vaksin yang telah melewati uji klinis tahap dua ini kemudian menjadi perhatian publik.

Pengembangan vaksin ini bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc. di California, Amerika Serikat dengan melibatkan peneliti yang berasal dari Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, dan Universitas Diponegoro Semarang dan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Klaimnya, vaksin yang dikembangkannya sejak menjabat sebagai Menkes ini bisa memproduksi kekebalan tubuh yang memberikan perlindungan dengan jangka waktu yang panjang. Selain itu, dalam sebuah wawancara pada Rabu, 17 Februari, dia mengatakan vaksin ini bersifat personal dan bisa digunakan semua kalangan termasuk yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

"Tentunya konsep generalized harus diubah menjadi konsep personality individual vaccination," kata Terawan.

Dia memaparkan, proses pembuatan Vaksin Nusantara ini arus melewati proses inkubasi selama kurang lebih 7 hari. Hingga nantinya akan menjadi vaksin individual atau personal. "Intinya adalah dari setiap kita punya dendritic cell tinggal dikenalkan antigen COVID-19 sehingga akan menjadi punya memory dendritic cell itu terhadap COVID-19," ungkapnya.

Terawan berharap vaksin ini lolos dalam semua tahap uji coba dan mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga bisa diproduksi secara massal.

Dalam proses produksi massal, dia yakin nantinya dalam sebulan ada 10 juta dosis vaksin yang bisa diproduksi. "Dan diperkirakan akan membuat kemandirian vaksin," tegasnya.