JAKARTA - Tentara bayaran Rusia Grup Wagner pada Hari Minggu membatalkan rencana untuk menarik diri dari Bakhmut di Ukraina timur, mengatakan mereka telah dijanjikan akan diberi lebih banyak senjata oleh Moskow, meminta mereka untuk tetap melanjutkan serangan terhadap batu loncatan ke kota-kota lain di wilayah Donbas, Ukraina.
Jumat pekan lalu, bos Grup Wagner Yevgeny Prigozhin mengatakan, pasukannya, yang telah mempelopori serangan selama berbulan-bulan di Bakhmut, akan menarik diri setelah kehabisan amunisi dan menderita kerugian yang "tidak berguna dan tidak dapat dibenarkan".
Namun dalam sebuah pesan audio yang diunggah di saluran Telegram pada Hari Minggu, ia mengatakan: "Kami telah dijanjikan amunisi dan senjata sebanyak yang kami butuhkan untuk melanjutkan operasi lebih lanjut. Kami telah dijanjikan bahwa semua yang diperlukan untuk mencegah musuh memotong kami (dari pasokan) akan dikerahkan," seperti melansir Reuters 8 Mei.
Terpisah, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar, setelah pernyataan terbaru Prigozhin.
Sebelumnya, para pejabat Rusia telah berulang kali berusaha untuk meredakan kekhawatiran, bahwa pasukan mereka di garis depan belum menerima pasokan yang memadai. Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan pada Hari Selasa, mengacu pada tentara Rusia secara keseluruhan, mereka telah "menerima jumlah amunisi yang cukup" untuk secara efektif menimbulkan kerusakan pada pasukan musuh.
Di pihak Ukraina, Serhiy Cherevaty, juru bicara komando timur Ukraina, mengatakan sebagai tanggapan atas pertanyaan Reuters tentang komentar Prigozhin, bahwa pasukan Rusia memiliki amunisi yang "lebih dari cukup".
Ia mengatakan, komentar Prigozhin bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari kerugian besar yang telah diderita Wagner dengan mengerahkan begitu banyak pasukan ke dalam pertempuran.
"Empat ratus delapan puluh sembilan serangan artileri selama 24 jam terakhir di daerah sekitar Bakhmut, apakah itu kekurangan amunisi?" tanyanya.
BACA JUGA:
Ancaman Prigozhin untuk menarik diri dari Bakhmut, menyoroti tekanan yang dihadapi pasukan Rusia saat Ukraina melakukan persiapan terakhir untuk serangan balasan yang didukung oleh ribuan kendaraan lapis baja, sumbangan negara-negara Barat dan pasukan yang baru saja dilatih.
Diketahui, pertempuran untuk merebut Bakhmut telah menjadi yang paling sengit dalam konflik ini, menelan ribuan korban jiwa dari kedua belah pihak dalam perang yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Pasukan Ukraina telah terdesak mundur dalam beberapa minggu terakhir, namun tetap bertahan di kota tersebut untuk menimbulkan kerugian Rusia sebanyak mungkin menjelang rencana serangan besar Kyiv terhadap pasukan penyerbu di sepanjang 1.000 km (620 mil).