JAKARTA - Pengguna internet kerap meninggalkan jejak digital ketika menggunakan berbagai layanan online. Jejak ini dapat mencakup situs web yang dikunjungi, foto yang diunggah, dan interaksi di media sosial seperti komentar, postingan, dan reaksi.
Sebuah penelitian Kaspersky telah mengeksplorasi layanan dan platform mana yang paling dikhawatirkan oleh pengguna terkait privasi dan keamanan data pribadi. Statistik pun diperoleh berdasarkan data anonim pada kunjungan ke situs web Kaspersky Privacy Checker antara Desember 2019 hingga Agustus 2021.
Para peneliti Kaspersky menganalisis layanan dan platform mana yang petunjuk pengaturan keamanannya (security setting instructions) paling banyak dibuka oleh pengguna. Di antara paling banyak permintaan privasi yang paling populer adalah pengaturan Google di Android 11,1 persen, aturan keamanan untuk OS Android 7,3 persen, dan pengaturan WhatsApp di Android 5,9 persen.
Sedangkan untuk jejaring sosial, pengguna paling sering melihat halaman keamanan Facebook di berbagai platform 15,7 persen. Instagram adalah jejaring sosial kedua yang paling banyak ditinjau dalam hal jumlah permintaan untuk pengaturan privasi 9,9 persen.
TikTok menempati posisi ketiga dengan 8,1 persen pangsa permintaan untuk pengaturan keamanan. Mengingat pengguna aktif bulanannya empat kali lebih kecil dari Facebook 689 juta berbanding 2,9 miliar, angka tersebut menunjukkan bahwa privasi yang ditawarkan oleh TikTok juga menjadi perhatian besar bagi pengguna.
Di antara layanan messenger, pengguna paling menaruh perhatian terhadap tingkat keamanan WhatsApp, pangsa permintaan tentang kebijakan keamanannya adalah 13,9 persen. Sementara itu, jejaring sosial Rusia VK juga berhasil menjadi kueri global teratas, dengan 7,7 persen. VK adalah jejaring sosial paling populer di Rusia, dan pangsa permintaan instruksi keamanan di antara pengguna Rusia adalah 25,3 persen.
“Sebagian besar tindakan sehari-hari yang dilakukan pengguna di web dapat menyebabkan akumulasi jejak digital. Ini dapat mencakup alamat IP, komentar, foto dan tag lokasi, atau data biometrik yang diambil dari foto-foto tersebut," ungkap Social Media Chief Kaspersky, Sergey Malenkovich dalam keterangannya yang dikutip VOI, Senin, 30 Agustus.
Malenkovich menambahkan, statistik pengunjung dalam proyek Privacy Checker menunjukkan bahwa pengguna mulai menaruh minat aktif pada privasi dan keamanan akun mereka dan berusaha mengurangi jejak digital jika memungkinkan.
BACA JUGA:
"Tingginya pangsa permintaan kebijakan keamanan TikTok menunjukkan minat pada platform itu sendiri dan sekaligus kekhawatiran pengguna tentang beberapa praktik pengumpulan data mereka, yang baru-baru ini disorot di media," ujar Malenkovich.
Untuk melindungi informasi pribadi Anda di media sosial, simak saran dari Kaspersky berikut ini:
- Penyimpanan cloud publik bukanlah tempat terbaik untuk menyimpan informasi pribadi Anda, seperti pemindaian paspor atau daftar kata sandi. Pilihan yang lebih baik adalah menyimpan data ini dalam arsip terenkripsi.
- Lakukan metode private browsing, dan menggunakan solusi Kaspersky Internet Security yang dapat membantu Anda menghindari risiko pelacakan di internet.
- Jaga kerahasiaan alamat email utama dan nomor telepon Anda. Sebaiknya buat akun email tambahan dan membeli kartu SIM tambahan yang dapat digunakan untuk keperluan berbelanja online dan situasi lainnya yang mengharuskan Anda berbagi data dengan orang asing atau pihak ketiga.
- Tinjau izin untuk setiap aplikasi seluler dan ekstensi browser. Sebaiknya hindari memasang ekstensi browser kecuali Anda benar-benar membutuhkannya. Periksa dengan cermat izin yang Anda berikan kepada fitur tersebut.
- Amankan ponsel dan komputer Anda dengan kata sandi atau kode sandi. Opsi yang aman adalah menggunakan kata sandi atau otentikasi biometrik untuk mengunci ponsel, tablet, dan komputer.