Mobil Hibrida Terdampak Parah Kelangkaan Chip Komputer, Harga Bakal Semakin Mahal
Mobil hibrida, harganya diprediksi bakal melonjak gara-gara chip makin langka. (foto: austin park/unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Kelangkaan chip komputer global melanda produsen mobil. Para peneliti melaporkan bahwa mobil hibrida dua kali lebih rentan terhadap masalah rantai pasokan chip daripada model bertenaga bahan bakar konvensional.

Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology, menunjukkan bahwa kendaraan hybrid dan plug-in hybrid yang dapat diisi sendiri memiliki risiko biaya bahan baku dua kali lipat. Ini setara dengan peningkatan 1 miliar dolar AS untuk armada satu juta sedan dan SUV, dibandingkan dengan model konvensional.

Menurut Randolph Kirchain, Ilmuwan Riset Utama di Massachusetts Institute of Technology di AS, penyebab terbesar terhadap peningkatan risiko biaya adalah elemen terkait baterai, seperti kobalt, nikel, grafit, dan neodymium. Namun, perubahan pada sistem pembuangan dan transmisi pada kendaraan hibrida juga mengurangi dampak paladium dan aluminium, 

Untuk mencapai kesimpulan ini, para peneliti mengumpulkan informasi tentang senyawa di lebih dari 350.000 suku cadang yang digunakan untuk membuat tujuh kendaraan dari pabrikan yang sama dengan tingkat elektrifikasi yang berbeda, termasuk empat sedan dan tiga kendaraan sport (SUV).

Kemudian, mereka menghitung jumlah 76 unsur kimia yang ada, serta beberapa bahan lainnya, di setiap jenis mobil.

Untuk mengembangkan metrik moneter untuk kerentanan, tim mempertimbangkan bobot setiap komponen, bersama dengan harga rata-rata dan volatilitas harga antara tahun 1998 dan 2015.

Kelemahan rantai pasok muncul pada masa pandemi COVID-19, terutama bagi industri yang mengandalkan elektronik, karena aliran bahan baku melambat atau terkadang terhenti.

Selain itu, pergeseran nilai konsumen dan peraturan lingkungan yang lebih ketat telah mengakibatkan lebih banyak orang membeli kendaraan hibrida.

Baterai di mobil-mobil ini membutuhkan logam langka yang, tergantung pada persediaannya, dapat memiliki harga yang fluktuatif dan tidak dapat diprediksi.

"Tetapi ada elemen dan bahan langka lainnya yang dapat digunakan dalam jumlah yang lebih kecil dalam model hibrida dibandingkan kendaraan gas konvensional, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kendaraan ini benar-benar dibandingkan dengan kerentanan rantai pasokan," menurut studi tersebut.

Tim menyarankan bahwa ketika produsen meningkatkan produksi kendaraan listrik untuk memenuhi permintaan, mereka dapat mengurangi risiko biaya bahan baku dengan kontrak pemasok jangka panjang, mengganti beberapa bahan atau mendaur ulang yang lain.