Bagikan:

JAKARTA - Zoom Video Communication Inc merilis capaian kinerjanya di kuartal I 2020. Aplikasi yang digunakan untuk video conference ataupun meeting secara virtual tersebut mengalami lonjakan pendapatan mencapai 169 persen, jika dibanding capaiannya di kuartal I tahun lalu.

Dikutip dari CNBC, Rabu 3 Juni, Zoom meraup pendapatan 328,2 juta dolar AS atau setara Rp4,5 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS) pada kuartal I 2020. Dengan capaian tersebut, Zoom juga menaikkan target pendapatan hampir dua kali lipat untuk tahun ini, dari 1,78 miliar dolar AS menjadi 1,80 miliar dolar AS. 

Pagebluk COVID-19 memang menjadi berkah bagi Zoom. Work from home dan stay at home memungkinkan orang menggunakan aplikasi ini hampir setiap harinya baik untuk pekerjaan ataupun sekadar menyapa teman dan keluarga.

Analis senior Needham & Company, Richard Valera menyebut hal ini belum pernah terjadi dalam 20 tahun dirinya menganalisa dunia teknologi. Ini menurutnya, adalah hasil yang luar biasa.

Zoom mampu mengubah persepsi dari alat telekonferensi yang berorientasi bisnis menjadi tempat silaturahmi sehari-hari. Laporan kuartalan terbaru dari Zoom, bahwa aplikasi itu sekarang memiliki sekitar 265.400 pelanggan, meningkat hampir empat kali lipat dari tahun sebelumnya.

Zoom kini bersaing dengan Webex Cisco Systems Inc, Microsoft Corp Teams dan Google Meet untuk pelanggan berbayar terutama perusahaan, sambil menawarkan versi gratis kepada konsumen.

Meski pendapatan Zoom meningkat tajam, akan tetapi biaya operasional perusahaan juga naik tajam. Biaya operasional perusahaan naik 330 persen menjadi 103,7 juta dolar AS, yang menurunkan marjin kotor menjadi 68,4 persen dari 80,2 persen tahun sebelumnya.

Salah satu biaya terbesar Zoom adalah pusat data dan bandwidth untuk melakukan panggilan host. Zoom menjalankan beberapa pusat data sendiri, tetapi juga membayar untuk layanan cloud computing seperti Amazon.com Inc. Amazon Web Services dan Microsoft. April lalu Zoom menambahkan Oracle Corp sebagai vendor.