Bagikan:

JAKARTA - Minggu kedua mogok oleh Screen Actors Guild-American Federation of Television and Radio Artists/Writers Guild of America (SAG-AFTRA/WGA) terkait penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam produksi film dan TV telah dimulai. Namun, di tengah mogok ini, Netflix malah membuka lowongan kerja untuk pengembang AI untuk mengisi posisi Product Manager dan Technical Director dalam divisi R&D Labs dan Machine Learning.

Dalam iklan pekerjaan, Netflix menyatakan bahwa mereka akan membuka posisi manajemen produk baru dengan tujuan meningkatkan efektivitas Platform Machine Learning mereka.

Menurut Netflix, kedua peran ini akan berlokasi di markas streaming platform di Los Gatos, California, namun juga memberikan fleksibilitas untuk bekerja dari jarak jauh. Kedua posisi ini menawarkan gaji enam angka, berkisar antara 450,000 hingga 650,000 dolar AS (Rp6,7hingga 9,7 miliar) per tahun untuk posisi Technical Director dan 300,000 hingga 900,000 dolar AS (Rp4,5 hingga 13,5 miliar)  per tahun untuk posisi Product Manager.

Baik penulis skenario maupun aktor di Hollywood mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang penggunaan AI yang semakin meningkat. Penulis skenario khawatir bahwa alat generative AI, seperti ChatGPT, berpotensi menggantikan pekerjaan mereka, sementara para aktor merasa khawatir tentang wajah dan tubuh mereka yang dipindai untuk peran latar belakang.

Pencatatan data ini menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan gambar mereka tanpa batas waktu dan kompensasi yang minimal atau bahkan tanpa kompensasi sama sekali.

Iklan lowongan pekerjaan tersebut menyoroti permintaan yang signifikan akan keahlian dalam machine learning dan AI, terutama sejak kemajuan pesat AI sejak diperkenalkannya ChatGPT dari OpenAI pada November 2022. Kedua posisi ini memerlukan pengalaman dalam desain permainan dan domain machine learning. Menariknya, kedua peran ini tidak secara eksplisit mengharuskan gelar sarjana sebagai persyaratan.

Berdasarkan iklan lowongan pekerjaan Netflix di LinkedIn, posisi-posisi ini muncul pekan lalu, yang menarik perhatian karena bertepatan dengan kegagalan negosiasi antara SAG-AFTRA dan Aliansi Produser Film dan Televisi (AMPTP). Akibatnya, para aktor yang menunjukkan solidaritas dengan para penulis yang mogok memutuskan untuk bergabung dengan mereka di garis mogok.

Pengembangan ini menambah tingkat signifikansi pada situasi ini, di mana kedua belah pihak mengungkapkan kekhawatiran dan tuntutannya melalui aksi kolektif selama periode kritis perundingan kontrak di industri film dan televisi.