Bagikan:

JAKARTA - NASA telah menetapkan pilihan kepada Lockheed Martin sebagai kontraktor utama untuk desain, pembuatan, dan pengujian demonstrasi roket bertenaga nuklir milik badan antariksa tersebut.

Dalam misi ini, NASA memang menggandeng Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dan mitra industri lainnya untuk menjalankan program Demonstrasi Rocket for Agile Cislunar Operations (DRACO).

Program itu sendiri akan menguji roket bertenaga nuklir di luar angkasa paling cepat 2027. Bagi NASA, propulsi nuklir merupakan salah satu kemampuan utama dalam peta jalan misi berawak ke Mars.

"Bekerja dengan DARPA dan perusahaan di industri luar angkasa komersial akan memungkinkan kami mempercepat pengembangan teknologi yang kami butuhkan untuk mengirim manusia ke Mars," kata Wakil Administrator NASA Pam Melroy dalam sebuah pernyataan, dikutip Kamis, 27 Juli.

"Demonstrasi ini akan menjadi langkah penting dalam memenuhi tujuan Bulan ke Mars kami untuk transportasi awak ke luar angkasa," imbuhnya.

Roket bertenaga nuklir dirancang untuk menempuh perjalanan yang lebih pendek dan cepat ke Planet Merah, mengurangi kerumitan misi dan risiko bagi awaknya.

Selain itu, roket jenis ini bisa efisien lebih dari dua kali daripada roket kimia konvensional. Artinya, roket tersebut hanya membutuhkan propelan yang jauh lebih sedikit dan dapat membawa banyak peralatan untuk tujuan ilmiah.

Tak hanya berfungsi sebagai kendaraan dan penyimpanan, roket bertenaga nuklir ini juga dapat memberikan lebih banyak tenaga untuk instrumen dan sistem komunikasi.

Berdasarkan ketentuan perjanjiannya dengan DARPA, Lockheed Martin akan bertanggung jawab atas desain, integrasi, dan pengujian pesawat ruang angkasa.

Sementara BWX Technologies, yang berbasis di Lynchburg, Virginia, bertanggung jawab atas desain dan pembangunan reaktor fisi nuklir yang akan menggerakkan mesin.

Direktorat Misi Teknologi Antariksa NASA (STMD) bertanggung jawab atas keseluruhan pengelolaan dan pelaksanaan mesin DRACO bertenaga nuklir

NASA juga bekerja sama dengan Departemen Energi dan industri dalam prakarsa teknologi nuklir ruang angkasa lainnya selain program DARCO, termasuk Fission Surface Power dan upaya terpisah untuk mengeksplorasi kemungkinan desain pesawat ruang angkasa termal nuklir masa depan.