Bagikan:

JAKARTA - Bitcoin yang memiliki pasokan sebanyak 21 juta BTC baru-baru ini mencetak rekor baru di harga 107 ribu dolar AS (Rp1,7 miliar) per koin. Seiring dengan kenaikan ini, pendiri SkyBridge Capital Anthony Scaramucci percaya bahwa harga Bitcoin bisa melonjak hingga mencapai 200.000 dolar AS (Rp3,2 miliar) pada tahun 2025. 

Pernyataan ini disampaikan Scaramucci dalam wawancara terbaru dengan The Wall Street Journal pada 17 Desember. Bos SkyBridge itu menjelaskan bahwa proyeksi ini didorong oleh serangkaian kebijakan kripto yang lebih ramah di Amerika Serikat, yang diyakini akan memicu lonjakan permintaan.

Menurut Scaramucci, meskipun kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini sudah sangat besar, harga aset digital ini masih memiliki potensi untuk berkembang pesat. Bahkan, meski banyak pihak yang sudah mulai merasa terlambat, ia menegaskan bahwa mereka yang baru membeli Bitcoin sekarang pun masih termasuk "awal" dalam perjalanan aset kripto tersebut.

Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran harga 106.859 dolar AS (Rp1,71 miliar), dengan kenaikan 9,5% dalam 24 jam terakhir. Pada Senin, 16 Desember 2024, harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru, yakni 107.822 (Rp1,72 miliar) dolar AS.

Tidak hanya itu saja, Scaramucci juga menanggapi skeptisisme yang muncul di kalangan calon investor yang merasa sudah terlambat. Ia menyatakan bahwa harga Bitcoin masih jauh dari potensinya, dan ke depannya, Bitcoin bisa menjadi salah satu penyimpan nilai utama, seperti yang ia prediksi akan tercapai pada 2026.

Namun, Scaramucci tidak luput mengkritik kebijakan regulasi yang dikeluarkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). Ia menilai keputusan SEC, khususnya terkait penundaan persetujuan Bitcoin ETF, telah menghambat harga Bitcoin untuk mencapai nilai yang seharusnya. Menurutnya, harga Bitcoin saat ini masih berada di posisi yang seharusnya tercapai pada awal 2022 jika tidak ada hambatan regulasi.