Bagikan:

JAKARTA - Bitcoin (BTC) diprediksi akan mencapai harga yang sangat tinggi menjelang peristiwa "halving" pada April 2024. Halving adalah proses pengurangan separuh jumlah BTC baru yang dihasilkan setiap 10 menit. Halving terjadi setiap empat tahun sekali dan bertujuan untuk menjaga kelangkaan dan nilai Bitcoin.

Prediksi tersebut disampaikan oleh Anthony Scaramucci, pendiri SkyBridge Capital, sebuah perusahaan investasi global yang mengelola aset senilai $7,5 miliar. Scaramucci mengatakan bahwa Bitcoin adalah aset yang lebih baik daripada emas sebagai penyimpan nilai dan memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa.

Scaramucci mengacu pada pola historis Bitcoin yang selalu mencetak rekor harga baru setelah setiap halving. "Kembali dan lihat siklus 'halving' Bitcoin," ujar Scaramucci dalam podcast Scott Melker pekan lalu. "Hari di mana Bitcoin 'halving,' kalikan empat [dan] 18 bulan kemudian, dan tak terelakkan bahwa itulah harga Bitcoin."

Halving terakhir Bitcoin terjadi pada 11 Mei 2020, di mana aset tersebut ditutup pada $9.670 (Rp 152,8 juta). Hampir tepat 18 bulan kemudian, aset tersebut mencapai harga tertinggi saat ini, yaitu $69.000 (Rp 1,09 miliar). Pada halving sebelumnya, BTC ditutup pada $656 (Rp 10,4 juta) pada 16 Juli 2016, sebelum melonjak menjadi $19.783 (Rp 312,6 juta) pada Desember 2017.

Scaramucci menyatakan bahwa target harganya sebesar $170.000 (Rp 2,69 miliar) dianggap sebagai "konservatif" dan didasarkan pada harga Bitcoin sebesar $35.000 (Rp 553,7 juta) pada saat halving terjadi pada April 2024. Saat ini, harga Bitcoin diperdagangkan sekitar $43.000 (Rp 680,3 juta).

"Katakanlah kita berada di $50.000 (Rp 790,3 juta) pada April, maka itu akan menjadi $200.000 (Rp 3,16 miliar). Katakanlah kita berada di $60.000 (Rp 948,4 juta), maka itu akan menjadi $240.000 (Rp 3,79 miliar)," ujarnya.

Mengenai masa depan, Scaramucci meyakini bahwa Bitcoin "dengan mudah" akan mencapai setengah dari kapitalisasi pasar emas, yang saat ini mencapai $13,6 triliun. Ini akan berarti harga Bitcoin setidaknya mencapai $323.000 (Rp 5,11 miliar) per koin.

Scaramucci juga mengungkapkan bahwa SkyBridge Capital adalah investor eksternal pertama yang membeli saham ETF Bitcoin spot dari BlackRock, produk investasi yang melacak harga Bitcoin secara langsung. BlackRock adalah perusahaan manajemen aset terbesar di dunia dengan aset senilai $9,5 triliun.

Scaramucci mengapresiasi CEO BlackRock Larry Fink, yang telah berubah pandangan tentang Bitcoin. Fink pernah menyebut Bitcoin sebagai sesuatu yang "bodoh" pada tahun 2021, namun kemudian menyebutnya sebagai "emas digital" dan "pelarian ke kualitas" selama masa ketidakpastian.

Dengan optimisme yang tinggi terhadap masa depan Bitcoin, para pengamat pasar dan investor semakin fokus pada potensi lonjakan harga menjelang peristiwa "halving" berikutnya. Halving dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran Bitcoin, serta volatilitasnya.