JAKARTA - National Aeronautics and Space Administration (NASA) telah menetapkan jadwal untuk menguji roket bertenaga nuklir yang akan menerbangkan astronot ke Planet Mars dalam waktu singkat.
Dalam hal ini, NASA tidak sendiri, dia bermitra dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mendemonstrasikan mesin Roket Termal Nuklir di luar angkasa paling cepat 2027.
Penggerak utama di balik roket termal nuklir adalah keunggulannya dibandingkan roket tradisional dalam hal kecepatan secara keseluruhan.
Menurut NASA, Roket Termal Nuklir biasanya lebih cepat daripada roket kimia dan akan memungkinkannya mencapai waktu transit yang lebih pendek untuk misi antarplanet berawak di masa depan. NASA percaya, Roket Termal Nuklir memiliki potensi untuk menjadi lebih efisien dan lebih aman daripada roket berbahan kimia yang ada saat ini.
"Menggunakan Roket Termal Nuklir memungkinkan waktu transit lebih cepat, mengurangi risiko astronot. Mengurangi waktu transit adalah komponen kunci untuk misi manusia ke Mars, karena perjalanan yang lebih lama membutuhkan lebih banyak persediaan dan sistem yang lebih kuat," ungkap NASA dalam keterangan resminya.
Selain itu, dengan menggunakan Roket Termal Nuklir ini menjadikan kapasitas muatan sains jauh lebih meningkat, dan daya yang lebih tinggi untuk instrumen dan komunikasi.
NASA sebelumnya telah berhasil menguji pesawat ruang angkasa Artemis era barunya tahun lalu sebagai batu loncatan kembali ke Bulan dan ke Mars.
Mereka memiliki harapan untuk mendaratkan manusia di Planet Merah itu sekitar 2030-an sebagai bagian dari program Bulan ke Mars. Dengan menggunakan teknologi saat ini, dikatakan NASA, perjalanan sejauh 300 juta mil ke Mars akan memakan waktu sekitar tujuh bulan.
Namun, insinyur NASA belum tahu berapa banyak waktu yang bisa dipangkas menggunakan teknologi nuklir, tetapi administrator NASA, Bill Nelson mengatakan itu akan memungkinkan pesawat ruang angkasa, dan manusia melakukan perjalanan di luar angkasa dengan kecepatan tinggi.
"Dengan bantuan teknologi baru ini, astronot dapat melakukan perjalanan ke dan dari luar angkasa jauh lebih cepat dari sebelumnya, kemampuan utama untuk mempersiapkan misi berawak ke Mars,” kata Nelson.
Dikutip dari The Guardian, Kamis, 26 Januari, sistem propulsi listrik nuklir menggunakan propelan jauh lebih efisien daripada roket kimia tetapi memberikan daya dorong yang rendah. Reaktor menghasilkan listrik yang secara positif mengisi propelan gas seperti xenon atau kripton, mendorong ion keluar melalui pendorong, untuk mendorong pesawat ruang angkasa ke depan.
BACA JUGA:
Menggunakan daya dorong rendah secara efisien, sistem propulsi listrik nuklir mempercepat pesawat ruang angkasa untuk waktu yang lama dan dapat mendorong misi Mars untuk sebagian kecil propelan sistem daya dorong tinggi.
“Darpa dan NASA memiliki sejarah panjang kolaborasi yang bermanfaat dalam memajukan teknologi untuk tujuan kita masing-masing, mulai dari roket Saturn V yang membawa manusia ke Bulan untuk pertama kalinya hingga servis robotik dan pengisian bahan bakar satelit,” tutur direktur DARPA, Dr Stefanie Tompkins.
“Domain luar angkasa sangat penting untuk perdagangan modern, penemuan ilmiah, dan keamanan nasional. Kemampuan untuk mencapai kemajuan pesat dalam teknologi luar angkasa akan sangat penting untuk pengangkutan material yang lebih efisien dan cepat ke bulan dan, pada akhirnya, manusia ke Mars,” tambahnya.
Menariknya, ini bukan kali pertama NASA mengerjakan mesin Roket Termal Nuklir. Terakhir kali NASA menguji mesin jenis ini adalah lebih dari 50 tahun di bawah proyek Badan Mesin Nuklir untuk Aplikasi Kendaraan Roket dan Rover. Tetapi, proyek ini ditutup karena NASA memusatkan sumber dayanya untuk mengembangkan pesawat ruang angkasa penting lainnya, termasuk Space Shuttles.