Bagikan:

JAKARTA - Reels, platform buatan Meta yang menjadi jawaban terhadap aplikasi video pendek viral TikTok, awalnya dianggap sebelah mata ketika diluncurkan pada tahun 2020. Bahkan dianggap sebagai contoh lain dari Meta dalam meniru pesaing populer.

Namun, pada Rabu, 26 Juli Meta mengungkapkan angka-angka yang menunjukkan bahwa video Reels tumbuh dengan pesat, baik di antara pengguna maupun pengiklan. Bahkan dengan cepat mengejar aplikasi TikTok yang dimiliki oleh ByteDance yang sangat digemari oleh pengguna muda dan telah mengubah lanskap media sosial.

Meta mengatakan pertumbuhan pesat Reels, yang dapat dilihat di Facebook dan Instagram, sebagian disebabkan oleh perangkat lunak rekomendasi perusahaan yang semakin baik, yang selama ini menjadi keunggulan pesaing asal China tersebut.

"Kami dapat menampilkan Reels yang menurut kami menarik bagi Anda berdasarkan mesin penemuan kami," kata Justin Osofsky, kepala penjualan online, operasi, dan kemitraan Meta, dalam wawancara pada Kamis, 27 Juli.

Jumlah pemutaran video Reels di Facebook dan Instagram sekarang mencapai lebih dari 200 miliar per hari, naik dari 140 miliar pada musim gugur tahun lalu. TikTok belum memberikan tanggapan segera terkait angka harian mereka.

"Pertumbuhan Reels menciptakan basis yang memberi Anda kesempatan untuk lebih monetisasi," kata Osofsky.

"Meskipun Meta telah berinvestasi dalam kecerdasan buatan selama bertahun-tahun, kini perusahaan ini menjadikannya sebagai hal utama dalam bisnisnya untuk meningkatkan rekomendasi konten dan iklan di seluruh layanan perusahaan," tambahnya.

"Pendapatan tahunan Reels melonjak menjadi 10 miliar dolar AS (Rp150 triliun), naik dari sekitar 3 miliar dolar AS (Rp45 triliun) pada musim gugur tahun lalu dan 1 miliar dolar AS (Rp15 triliun) pada musim panas tahun lalu," kata CEO Meta, Mark Zuckerberg, saat konferensi telepon dengan para analis menyusul hasil kuartal kedua perusahaan.

Artinya, ukuran bisnis Reels hampir sebanding dengan TikTok pada tahun lalu, ketika TikTok berhasil meraih pendapatan iklan sebesar 9,9 miliar dolar AS (Rp148,6 triliun) secara global, menurut perkiraan dari perusahaan riset Insider Intelligence yang memproyeksikan pendapatan iklan global sebesar 13,2 miliar dolar AS (Rp198 triliun) tahun ini.

"Salah satu alasan pertumbuhan Reels adalah platform iklan Meta yang membuat pengiklan dapat dengan mudah menempatkan promosi mereka di fitur tersebut," kata Debra Aho Williamson, analis utama di Insider Intelligence. "Hanya dengan mencentang kotak, iklan dapat tampil di Reels." 

"Lebih dari tiga perempat pengiklan Meta menempatkan iklan di Reels," kata Susan Li, kepala keuangan Meta.

Sepanjang tahun 2022, para eksekutif Meta sering mendapat pertanyaan dari investor tentang apakah konsumsi Reels yang cepat sebenarnya merugikan penjualan iklan dengan mengalihkan waktu pengguna dari area penghasilan tinggi dalam aplikasinya, seperti News Feed.

Pada saat itu, iklan dalam Reels masih relatif sedikit, tetapi Zuckerberg mengatakan ia mengharapkan para pengiklan akan merangkul format tersebut seiring berjalannya waktu, seperti yang telah mereka lakukan dengan transisi sebelumnya dari desktop ke perangkat seluler dan dari Feed ke Stories, format mirip Snapchat milik Meta.

Dalam panggilan pendapatan pada Rabu, Li mengatakan perusahaan mengharapkan Reels akan terus menghasilkan uang lebih sedikit daripada iklan yang dihasilkan Meta dari fitur-fitur Stories dan Feed, "karena orang lebih lambat dalam menggulir konten video."

Meskipun begitu, TikTok dan algoritma rekomendasi kontennya tetap menjadi pemimpin dalam hal waktu yang dihabiskan oleh pengguna di aplikasi media sosial. Rata-rata pengguna AS menghabiskan 53,8 menit per hari di TikTok, dibandingkan dengan 48,7 menit di YouTube, 33,1 menit di Instagram, dan 30,9 menit di Facebook, menurut perkiraan Insider Intelligence.