JAKARTA - Pada 29 Juli 1958, Amerika Serikat (AS) berkomitmen untuk menyediakan banyak sumber daya manusia, uang, dan teknologi agar memenangkan "persaingan luar angkasa." AS meciptakan NASA, yang hadir setelah Rusia berhasil meluncurkan satelitnya, Sputnik.
Mengutip National Geographic, program luar angkasa manusia pertama NASA adalah Project Mercury. Upaya ambisius ini diluncurkan setahun setelah Rusia menandai dimulainya Zaman Antariksa dengan peluncuran satelit Sputnik 1.
AS memulai perlombaan luar angkasa dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan sumber daya yang sangat besar dari pemerintah dan sektor swasta. Diperkirakan sekitar dua juta orang AS berkontribusi.
Menguji batas tubuh manusia di luar angkasa adalah tujuan penting dari kedua program luar angkasa. Untuk tujuan ini, robot dan hewan diluncurkan ke luar angkasa.
NASA meluncurkan simpanse ke luar angkasa bernama Ham dan Rusia meluncurkan anjing bernama Laika. Ham kembali ke Bumi dan beristirahat dengan nyaman di Kebun Binatang Nasional di Washington DC.
Sementara Laika meninggal di atas Sputnik 2 pada 1957. Misi paling terkenal dari NASA terjadi pada 20 Juli 1969.
Saat itu Neil Armstrong dan Edwin "Buzz" Aldrin menjadi orang pertama yang melakukan pendaratan di bulan. Sebelum proyek Apollo berakhir pada 1972, lima misi lainnya juga mengunjungi bulan.
Pesawat ruang angkasa Apollo dapat mengorbit bulan dan dapat dilepaskan astronot untuk mendarat di bulan. Kemudian Apollo dapat meluncur kembali bergabung dengan modul perintah mengorbit untuk perjalanan kembali ke Bumi.
Misi selanjutnya membawa penjelajah bulan yang melintasi permukaan satelit dan melihat para astronot menghabiskan waktu selama tiga hari di bulan. Misi Apollo mencapai keberhasilan yang luar biasa.
Meski begitu misi itu harus melewati peristiwa mengerikan. Astronot bernama Virgil "Gus" Grissom, Edward White, dan Roger Chaffee tewas dalam kebakaran landasan peluncuran selama pelatihan sebelum penerbangan Apollo pertama.
Pendaratan bulan dianggap palsu
Misi pendaratan di bulan oleh NASA memang membanggakan. Namun tidak sedikit juga yang meragukan keaslian misi tersebut.
Sebuah teori konspirasi lahir, menyebut beberapa atau semua elemen program Apollo dan pendaratan di bulan adalah tipuan. Bahkan tipuan tersebut dibantu organisasi lain.
Klaim yang paling menonjol adalah bahwa enam pendaratan awak yang dilakukan pada 1969-1972 dipalsukan dan 12 astronot Apollo tidak benar-benar mendarat di Bulan. Berbagai kelompok dan individu telah membuat klaim sejak pertengahan 1970-an.
Mereka berpedapat NASA dan pihak lain sengaja menyesatkan publik agar percaya pendaratan itu terjadi. Pihak NASA diklaim telah membuat, merusak, atau menghancurkan bukti termasuk foto, kaset telemetri, transmisi radio, dan sampel batuan di bulan.
Reporter sains New York Times, John Noble Wilford berkomentar pada Desember 1969 tentang sebuah catatan yang menunjukkan perjalanan Apollo 11 ke bulan sebenarnya dipentaskan oleh aktor Hollywood. Pengambilan gambar dilakukan di sebuah tempat di gurun yang berada di Nevada.
Sementara Konstitusi Atlanta pada 15 Juni 1970 menyatakan terdapat rasa skeptis terhadap penjelajahan di bulan. Dan Neil Armstrong, mereka yakini hanyalah mengambil 'langkah raksasa bagi umat manusia' di suatu tempat di Arizona.
Skeptisme terhadap pendaratan di bulan oleh AS juga gencar disuarakan di ranah kultur pop. Salah satu film paling menyindir adalah Moonwalker (2015).
Dibintangi Rupert Grint dan Tom Kidman, film ini bercerita tentang misi pemerintah AS melakukan ekspedisi dengan tiga awak ke bulan. Film estetis ini mengangkat latar 60-an, ketika AS membutuhkan keberhasilan itu untuk menjajaki posisi mereka dalam perang dingin.
Tanpa jaminan keberhasilan, Tom Kidman yang memerankan agen CIA bernama Ron Perlman ditugaskan mencari sutradara 2001: A Space Oddyssey, Stanley Kubrick untuk menggarap syuting pendaratan bulan palsu. Iya, film ini juga jadi semacam pujian besar untuk Kubrick dengan 2001: A Space Oddyssey-nya.
Yang terbaru, sebuah film lokal garapan Anggi Noen, The Science of Fiction juga memetik unsur peristiwa ini. Karakter utama bernama Siman, yang diperankan artis teater, Gunawan Maryanto dikisahkan menyaksikan syuting pendaratan bulan di sebuah lokasi.
Lidah Siman dipotong karena melihat kejadian itu. Seperti dijelaskan Gunawan dalam artikel INTERVIU berjudul Siman, Kebenaran, dan Bergerak Lambat di Zaman Cepat, meski belum tentu Siman memahami apa yang ia lihat, tapi dalam penuh hidupnya Siman berusaha menyampaikan apa yang dilihatnya. Tanpa tendensi karena yang Siman tahu hanya ketidaktahuan.
"Jadi dia (Siman) seperti berusaha dengan keras, gitu, melalui tubuhnya, dia menceritakan, 'Ini rumahnya adalah replika dari pesawat yang dia lihat pada waktu itu.' Memang tidak ada kalimat-kalimat yang definitif, ya, di dalam bahasa non-verbal ini. Hanya berupa imaji, barangkali ya, yang bisa disampaikan Siman kepada Gun. Tapi di adegan itu saya berusaha memunculkan antusiasme dari Siman untuk bercerita," tutur Gunawan.
Bahkan hingga 2001, dokumenter jaringan televisi Fox yaitu Conspiracy Theory: Did We Land on the Moon? mengklaim NASA memalsukan pendaratan pertama pada 1969 untuk memenangkan persaingan luar angkasa dengan Rusia.
Meski begitu beberapa bukti pihak ketiga menunjukkan pendaratan di bulan bukanlah tipuan. Sejak akhir 2000-an, foto definisi tinggi yang diambil oleh Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) dari lokasi pendaratan Apollo telah menangkap tahapan penurunan modul bulan dan jejak yang ditinggalkan oleh para astronot.
Pada 2012, terdapat gambar yang menunjukkan lima dari enam bendera AS misi Apollo yang didirikan di bulan masih berdiri. Pengecualian adalah Apollo 11, yang telah tergeletak di permukaan bulan.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.