Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 124 tahun yang lalu, 14 Agustus 1899, Raden Mas Panji (R.M.P) Sosrokartono memberanikan diri bertemu dengan calon Gubernur Jenderal Hindia Belanda Willem Rooseboom di Belanda. Pertemuan itu membuat Sosrokartono meminta kepada Rooseboom untuk peduli kepada kaum bumiputra, utama urusan pendidikan.

Sebelumnya, Sosrokartono dikenal sebagai bumiputra terpelajar. Kakak dari R.A. Kartini itu memanfaatkan benar hal. Ia menyerap segala macam ilmu yang kelak digunakan untuk mencerdaskan anak bangsa. Kartini pun terinspirasi darinya.

Sosrokartono termasuk anak yang beruntung. Anak ketiga dari Raden Mas Adipati Aro Samingoen Sosroningrat dapat menempuh pendidikan tinggi. Sesuatu yang dianggap barang mahal oleh kaum bumiputra.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Sosrokartono. Ia melanggengkan pendidikan dasarnya hingga menamatkan Hogere Burgerschool (setingkat SMA) di Semarang. Langkah itu membuatnya ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi.

Pria yang kelak menjadi guru spiritual Soekarno pun diarahkan untuk jadi insinyur dengan menempuh pendidikan di Belanda. Ayahnya berharap Sosrokartono kelak dapat membantu pengembangan kampung halamannya.

Willem Rooseboom yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1899 hingga 1904. (Wikimedia Commons)

Polytechnisce School te Delft pun dipilihnya. Kepergiannya ke Negeri Belanda diliputi suka cita. Namun, jiwa Sosrokartono merasa tak cocok belajar teknik. Ia kemudian memilih banting stir. Ia memilih Jurusan Sastra dan Filsafat di Universitas Leiden.

Jurusan itu membuat semangatnya menyala. Tiada yang tak disukai Sosrokartono dalam jurusan yang baru itu. Bahkan, ia perlahan-lahan mulai menguasai puluhan bahasa dunia. Ia kemudian dijuluki sebagai Si Jenius dari Timur.

"Anak ketiga dari Raden Mas Adipati Ario Samingoen Sosroningrat dan Ngasirah ini berangkat ke Belanda pada 1897, setelah menamatkan HBS di Semarang. Awalnya ia masuk sekolah teknik di Delft. Tidak betah, ia pindah ke Fakultas Sastra dan Filsafat di Leiden. Untuk masuk ke Leiden ia harus menempuh ujian negara di bidang bahasa Latin dan Yunani. Pembimbing utama Sosrokartono di Leiden adalah Profesor Dr Johan Hendrik Kern, seorang Orientalis. la segera menjadi murid kesayangan Kern” ujar Kurie Suditomo dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Wartawan Mooie dari Hindia Belanda (2006).

Pendidikan di Belanda membuatnya dapat mengakses segala hal. Ia bahkan mampu melanggengkan pertemuan dengan calon Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Willem Rooseboom (ia baru resmi memerintah Oktober 1899) sebelum ke Indonesia. Pertemuan langka dan berani itu terjadi di Belanda pada 14 Agustus 1899.

Pejuang kemerdekaan itu paham jika akses pendidikan kaum bumiputra yang kecil adalah masalah serius. Ia pun meminta Rooseboom untuk lebih peduli dengan pendidikan kaum bumipurta. Akses berharap akses pendidikan dibuka luas. Setelahnya, ia minta bahasa Belanda supaya diperkenalkan lebih luas untuk kaum bumiputra.

“Pada tanggal 14 Agustus 1899, Raden Mas Panji Sosrokartono memberanikan diri bertemu Gubenur Jendral Hindia Belanda Willem Rooseboom. Didalam pertemuan tersebut Sosrokartono meminta kepada Gubenur Jendral Hindia Belanda yang baru ini untuk benar-benar memperhatikan pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda,” terang Bakharudin dalam buku Konseling Catur Murti (2022).