Larangan Imigran China Ilegal Masuk Batavia dalam Sejarah Hari Ini, 2 Maret 1717
Ragam aktivitas sehari-hari etnis China dalam menggerakkan roda ekonomi di Batavia. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 306 tahun yang lalu, 2 Maret 1717, Gubernur Jenderal VOC, Christoffel van Swoll melarang keras imigran China ilegal masuk ke Batavia (kini: Jakarta). Larangan itu diperlakukan karena kondisi ekonomi di Batavia sedang tidak baik saja.

Sebelumnya, maskapai dagang Belanda VOC terkenal terbuka dengan kehadiran orang China. Legal maupun ilegal. Mereka diperlakukan istimewa. Semuanya karena orang China mampu bekerja disegala bidang. Mereka kemudian jadi roda penggerak ekonomi Batavia.

Orang China memiliki andil besar bagi tumbuh kembang Kota Batavia. Sikap orang China yang ulet dan pekerja keras ada di baliknya. Kompeni pun kepincut. Kehadiran orang China dianggap mampu mendatangkan keuntungan besar bagi VOC. 

Sebagai ajian, Kompeni mengiming-imingi orang China yang mau hidup dan tinggal di Batavia dengan sederet hak istimewa. Baik mereka yang datang secara legal atau ilegal. Segala macam aktivitas mereka di dukung. Dari urusan perdagangan hingga hiburan. Semua dilakukan supaya orang China di Batavia betah dan menetap.

Ajian itu memperoleh hasil maksimal. Roda ekonomi Batavia berjalan dengan baik. Orang China mampu berkerja dalam segala bidang. Dari tukang kayu hingga pedagang. Keberanian orang China mengambil pekerjaan kasar itu dianggap berkah oleh orang Belanda.

Gubernur Jenderal VOC, Christoffel van Swoll. (Rijksmuseum Amsterdam/Wikimedia Commons)

Orang Belanda jadi tak perlu repot-repot lagi mengisi waktunya untuk melakukan pekerjaan kasar. Pun sebagai gantinya orang China membayar pajak yang cukup besar untuk pembangunan Batavia. Pajak itu digunakan untuk membangun Kasteel Batavia hingga infrastruktur lainnya.   

“Mereka bekerja sepanjang hari, bahkan pada saat matahari sedang panas-panasnya membakar Batavia! Barangkali mereka kuat bekerja pada saat orang lain kepanasan karena mereka hanya bercelana pendek yang tipis ketika bekerja siang-siang bolong.”

“Pada saat Kota Batavia lengang karena semua orang beristirahat di dalam rumah, di jalan masih saja terdengar pedagang China yang membunyikan klontong (semacam bel). Banyak di antara mereka menjadi penyewa tanah, pemberi kredit, pedagang, dan hampir semuanya pandai mencari peluang,” ungkap Frieda Amran dalam buku Batavia: Kisah Kapten Woodes Rogers & dr. Strehler (2012).

Hubungan baik antara Kompeni dan orang China bertahan lama. Namun, hubungan itu mulai terganggu pada 1710-an. Muasal terganggunya mudah ditebak: uang. Kondisi ekonomi Batavia yang sedang tak baik-baik saja membuat VOC mengabaikan kedatangan imigran asal China ilegal.

Reaksi itu dilakukan karena jumlah imigran asal China meningkat tajam. Sedang ekonomi Batavia sedang sulit-sulitnya. Pabrik-pabrik banyak yang berhenti beroperasi. Perkebunan, apalagi. Kompeni pun takut imigran yang datang itu melakukan tindak kriminal di Batavia untuk mencari makan.

Aktivitas pekerja asal China di Batavia pada masa kolonial Belanda. (Wikimedia Commons)

Gubernur Jenderal VOC Christoffel van Swoll mengambil sikap. Ia mengeluarkan sebuah aturan pada 2 Maret 1717. Aturan itu berisi larangan keras kepada imigran illegal masuk ke Batavia. Mereka yang melanggar akan diganjar penjara atau dibuang ke Sri Lanka dan Afrika.

“Semakin sulitnya dipersulit oleh masalah-masalah dengan pengembara-pengembara China di Ommelanden (kawasan di luar Batavia) dan harga teh yang terlalu tinggi di Batavia, Gubernur Jenderal terpaksa mengeluarkan aturan pada 2 Maret 1717. Ia mengeluarkan peraturan yang melarang keras imigran ilegal masuk ke Batavia, dan juga menetapkan harga teh” terang sejarawan Leonard Blusse, dalam buku Persekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia VOC (1988).