Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 133 tahun lalu, 23 Februari 1890, Putra Mahkota Kekaisaran Rusia, Nikolai Aleksandrovich tiba di Batavia (kini: Jakarta). Ia datang ke Batavia dalam misi menjaga hubungan kenegaraan. Kedatangannya pun disambut dengan gegap gempita oleh seisi Batavia.

Sebelumnya, pemerintah kolonial Hindia Belanda lihai dalam menjamu tamu. Apalagi tamu kenegaraan. Mereka disambut dengan mewah dan meriah. Bila perlu segala macam urusan yang ada dipermudah.

Tiada cerita pelancong luar negeri diperlakukan buruk oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Barang siapa yang datang ke Nusantara selalu sambut dengan baik. Mereka kerap diundang hadir dalam tiap pesta yang diselengarakan pejabat tinggi. Dari pesta dansa hingga pesta topeng.

Mereka akan disajikan pula dengan hidangan-hidangan terbaik yang memadukan cita rasa Nusantara dan Eropa. Empunya kuasa melakukan hal itu sebagai langkah menjaga hubungan baik. Lebih lagi, sebagai bentuk promosi pariwisata Nusantara tersebulung. Semuanya supaya kesan-kesan baik terkait Nusantara dapat tersebar dari mulut-mulut.

Ajian itu buat narasi keindahan Nusantara pun sampai ke telinga banyak orang. Pelancong asal Inggris, Charles Walter Kinloch salah satunya. Ia terinspirasi datang ke Nusantara pada 1852. Sebagaimana pelancong lainnya, Kinloch diperlakukan dengan baik. Padahal Kinloch bukan orang penting.

Nikolai Aleksandrovich Romanov, Putra Mahkota Kekaisaran Rusia yang kelak menjadi Tsar Nicholas II, Kaisar Rusia terakhir yang dinobatkan pada 26 Mei 1896 dan digulingkan pada 15 Maret 1917. 

Namun, petinggi Belanda menjamunya bak tamu negara penting. Ia diundang dalam pesta yang diadakan di Istana Bogor. Ia bahkan duduk semeja dengan pejabat hingga Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Pengalaman itu jadi salah satu momen yang tak terlupakan dalam hidupnya.

“Pesta makan malam ini, tentu dilakukan dengan gaya Belanda yang sebenarnya banyak hidangan kecil, dengan karakteristik biasa mereka, mentega asam dan gurih, diikuti dengan manisan, gulali, gula prem. Anggur, yang dihidangkan dalam berbagai jenis sangat lezat.”

“Namun, selera makan Inggris kami lebih memilih hidangan Inggris yang padat dan bergizi. Dan kami khawatir, kami menilai dengan buruk pada makan malam paling baik yang mungkin kami temui di Jawa,” tegas Kinloch dalam catatan perjalanannya yang kesohor Rambles in Java: Pengembaraan di Tanah Jawa (2019).

Pemerintah kolonial tak hanya lihai memperlakukan pelancong dari luar negeri. Mereka juga pandai memperlakukan tamu negara. Kedatangan Putra Mahkota Kekaisaran Rusia, Nikolai Aleksandrovich pada 23 Februari 1890, misalnya.

Kedatangan Putra Mahkota itu disambut dengan baik sedari awal tiba di Batavia. Alih-alih hanya pemerintah, rakyat Batavia menyambut kedatangannya. Sedang pemerintah kolonial sendiri sibuk menyiapkan segala hiburan untuk memuaskan hati Sang Putra Mahkota.

Kapal Pamyat Azova (Memory of Azov) yang membawa Putra Mahkota Kekaisaran Rusia, Nikolai Aleksandrovich dalam kunjungan ke Batavia. (Wikimedia Commons)

Pesta penyambutan hingga hiburan lainnya nyatanya mampu membuat Nikolai senang berada di Batavia. Pun ia merencanakan menikmati kota-kota di Hindia Belanda selama semingguan. Alhasil, kunjungan itu menjadi pelekat hubungan baik antara pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Kekaisaran Rusia.  

“Angin berembus kencang. Semua yang ada di tanah lapang itu berkibar-kibar: bendera, daun, ranting, termasuk baju berbordir emas dan pantalon cashmere para petinggi Hindia Belanda. Barisan musisi mengalunkan lagu kebangsaan Rusia dengan keras sampai dua kali. Tsarevich-arti harfiahnya: Putra Kaisar-berjalan diringi pasukan kehormatan Hindia Belanda.”

“Para tamu istimewa itu kemudian dihantar untuk bersantap di beranda mewah di kediaman Gubernur Jenderal Jawa Pijnacker Hordijk. Usai memuaskan selera kuliner, Putra Mahkota dan rombongan dipersilakan menonton opera Sleeping Beauty di Stadsschouwburg (Teater Kota) kini Gedung Kesenian Jakarta,” terang Tomi Lembang dalam prolognya di buku Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia (2010).