TomTam Group, Sejarah Kelompok Komedi Spesialis Pesanan Golkar dan Orde Baru
Grup lawak TomTam yang eksis pada akhir 1970 hingga 1980-an, dari kiri: Firman, Rosihan Anwar (Ogud), Qomar, Kimung. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Popularitas Partai Golongan Karya (Golkar) di era Orde Baru (Orba) tiada dua. Partai berlambang pohon beringin itu acap kali jadi jawara dalam setiap kontestasi politik. Ajian kampanye dengan artis kesohor Indonesia ada di baliknya.

Grup lawak TomTam, utamanya. Grup lawak yang dihuni oleh pelawak beken Ogud, Kimung, Firman, dan Qomar tak pernah absen menghibur penggemarnya di acara Golkar. Karenanya, TomTam dikenang sebagai grup lawak spesialis menyelipkan pesan pembangunan ala Orba.

Debut Golkar sebagai partai penguasa terbilang gemilang pada Pemilu 1971. Golkar mampu bersaing dengan sederet partai yang lebih dulu eksis. Dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) hingga Partai Nasional Indonesia (PNI).

Golkar tak gentar. Apalagi Soeharto dan militer ada di baliknya. Kemenangan dominan lalu direbut Golkar. Partai itu mampu meraih suara mayoritas. Golkar mampu membawa simpatisannya dominan mengisi kursi eksekutif dan legislatif. Indonesia pun semakin paripurna di bawah kendali Orba.

Boleh jadi Soeharto memiliki peranan besar dalam kemenangan Golkar. Namun, karisma Soeharto tak cukup besar untuk membawa Golkar memenangkan kontestasi politik pada 1971. Jika ditelaah lebih dalam, kunci kemenangan Golkar sesungguhnya adalah kehadiran artis-artis beken sebagai juru kampanye (Jurkam).

Salah satu album kelompok lawak TomTam Group. (langgam.com)

Kumpulan artis-artis itu dikenal luas dengan nama program Aneka Ria Safari (ARS). Aktor Eddy Sud ada di baliknya. Ia menjadi koordinator yang mampu mengundang rekannya sesama artis untuk berkolaborasi dengan Golkar.

Mereka pun diberi wadah untuk tampil di berbagai daerah dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). ARS lalu jadi kunci sukses kemenangan Golkar pada Pemilu 1971 dan pemilu-pemilu yang akan datang.

“Bagi para artis dan penyanyi, penampilannya di ARS merupakan titian karier. Sehingga muncul tayangan tersebut mempunyai nilai kebanggaan tersendiri. Keberhasilan artis memasarkan secara komersil lagu-lagunya akan menempatkan artis yang bersangkutan dalam posisi status sosial yang eksklusif. Bagi TVRI sendiri, ARS merupakan salah satu aset yang paling berharga yang terlalu bernilai untuk diabaikan dalam kegiatan-kegiatan tayangannya.”

“Melalui analisis hubungan antara ARS dengan komponen terkait (istilah popnya), yakni TVRI, pemirsa, artis, maupun pengusaha rekaman. Tampak jelas bahwa sifat hubungan tersebut mencerminkan hubungan cinta. Melalui ARS Golkar memberi pelayanan hiburan murah meriah bagi seluruh pemirsa terlepas dari apa afiliasi politik masing-masing,” ungkap Eduard Depari dalam tulisannya di surat kabar Suara Pembaruan (31 Oktober 1988) sebagaimana dikutip kliping Munas IV Golkar (1988).

TomTam Grup dan Komedi Pesanan Orba

Alih-alih hanya merekrut jurkam dari kalangan artis dan penyanyi, Golkar dan Orba juga merekrut dari kalangan pelawak. Potensi pelawak dinilai cukup besar untuk mendulang suara. Grup lawak TomTam, salah satunya. Pilihan Orba menjadikan Ogud, Kimung, Firman, dan Qomar (kemudian gabung grup lawak Empat Sekawan) beralasan.

TomTam kala itu –akhir 1970 hingga 1980-an—dikenal sebagai salah satu grup lawak beken. Alhasil, Golkar pun kerap melibatkan mereka dengan tiap kesempatan. Di mana ada Golkar, di situ ada TomTam. Mereka dianggap sebagai spesialis komedi pesanan Orba.

Kolaborasi itu berlangsung lama. Kedua belah pihak sama-sama diuntungkan, semacam simbiosis mutualisme. TomTam banjir panggilan manggung, sedang Orba banjir dukungan. Bahkan, TomTam siap sedia dipanggil dalam setiap acara Golkar atau Orba.

Semua karena saban hari TomTam tampil, penonton selalu berhasil dibuat tertawa terpingkal-pingkal. Apalagi lagak tiap personilnya yang mampu memainkan ciri khas masing-masing dengan cemerlang. Suasana yang pecah itu membuat Orba semakin kepincut.

Sebab, segenap rakyat yang menyaksikan lawakan TomTam menjadi memahami keberhasilan pemerintah dalam program pembangunan. Karenanya, nama Presiden Soeharto semakin harum sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.

“Baik TomTam ataupun Dian Group memberikan keyakinan yang mantap bahwa tiada pilihan lain hanya Golkarlah kelak, hari kemarin hari ini yang telah benar-benar mampu mewujudkan program-programnya untuk rakyat, untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan, dan kami merasakan hal itu. Untuk itulah kami pilih Golkar, bukan karena disuruh tapi karena memang adalah pilihan kami.”

“Lihat kami berarti lihat Golkar. Golkar telah bersatu padu dengan jiwa-jiwa kami, untuk Golkar di manapun berada kami akan selalu bersama-sama, dan untuk Golkar kami selalu siapkan lawakan-lawakan yang segar yang sesuai dengan program Golkar, di mana program Golkar adalah proram Orba yang berarti program pembangunan,” pungkas Rendi M.S. dalam tulisannya di Majalah Media Karya berjudul Dian Group dan TomTam: Pelawak-Pelawak Golkar yang Tak Pernah Absen (1986).