Bagikan:

JAKARTA - Golongan Karya atau Golkar mulanya digagas Presiden Pertama Republik Indonesia, Sukarno untuk menggantikan sistem kepartaian yang waktu itu dianggap gagal menuntaskan revolusi. Namun kemudian gagasan itu diambil militer, dan tetap dijadikan kendaraan politik untuk meraih kekuasaan.

Golkar berdiri tepat pada hari ini 20 Oktober, 56 tahun lalu atau pada 1964. Isinya terdiri dari organisasi-organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan yang dihimpun militer khususnya perwira Angkatan Darat. Sekretariat tersebut lalu diberi nama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).

Mengutip laman resmi Partai Golkar, organisasi tersebut dibentuk bukan hanya sebagai tempat berkumpulnya orang dari berbagai golongan. Sekber Golkar ini juga lahir karena rongrongan dari Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta underbownya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional.

Sekber Golkar ini awalnya merupakan sebuah wadah dari golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh politik tertentu. Sukarno memang menggagas Golkar sebagai fungsional antipartai. Saat itu ia pernah mengusulkan untuk membubarkan partai karena dianggap gagal menuntaskan revolusi. 

Terbentuknya partai pada saat Orde Lama banyak menuai konflik. Mereka malah sibuk mengejar kekuasaan satu dengan yang lain. Oleh karena itu Sukarno ingin menandingi dominansi semua partai tersebut, hingga akhirnya mengusulkan terbentuknya Golkar untuk mengganti partai.

Diambil Angkatan Darat

Mengutip Historia, ide Sukarno tersebut diilhami dari negara China dan Yugoslavia yang menerapkan negara satu partai. Di dalam parlemen, kedua negara itu memiliki semacam golongan fungsional atau wadah yang mewakili golongan-golongan yang memiliki fungsi dalam masyarakat. Lalu gagasan tersebut diambil oleh Angkatan Darat.

Angkatan Darat lalu mulai mendirikan organisasi yang menghimpun berbagai golongan seperti kelompok organisasi-organisasi pemuda, petani, jurnalis, dan sebagainya. Didirikannya golongan karya oleh Angkatan Darat saat itu untuk menjadi penanding PKI. 

"Sistem antipartai ada di beberapa negara seperti diterapkan di China. Bung Karno ingin menerapkan sistem itu ketika baru pulang dari China," kata  David Reeve, penulis buku Golkar: Sejarah yang Hilang, Akar Pemikiran dan Dinamika (2013), dikutip dari Tirto

Ketua Pertama Sekber Golkar adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono. Djuhartono lalu digantikan oleh Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Desember 1965. 

Sejak saat itu, Golkar selalu dipimpin oleh kalangan Angkatan Darat dan setelah 1993 baru punya memiliki pemimpin nonmiliter, yaitu Harmoko. Golkar lalu menjadi partai paling jaya. Selain itu, Golkar juga identik dengan kendaraan politik Orde Baru, Soeharto.

Golkar baru benar-benar mendeklarasikan diri sebagai partai pada 1998. Lengsernya Soeharto sempat diperkirakan juga akan melengserkan Golkar. Namun nyatanya hingga sekarang, Golkar tetap berdiri dan masih aktif mengikuti pemilu sampai sekarang.