JAKARTA – Sejarah hari ini, 312 tahun yang lalu, 21 Februari 1711, mantan Gubernur Jenderal VOC Joan van Hoorn meninggal dunia. Ia meninggal dunia setelah dirawat intensif oleh tabib pribadinya. Kepergian Van Hoorn membuat seisi maskapai dagang Belanda, VOC berduka.
Sebelumnya, kepemimpinan Van Hoorn dianggap tak jauh berbeda dengan pemimpin VOC lainnya. Alih-alih bersikap lurus, Van Hoorn justru melanggengkan ajian memperkaya diri sendiri: korupsi. Ajian itu bahkan terus dilakukannya hingga ia pensiun.
Perjalanan karier Joan van Hoorn di VOC mulus sekali. Pengaruh ayahnya, Pieter van Hoorn ada di baliknya. Ayahnya yang menjabat sebagai Dewan Hindia mampu membuka pintu karier bagi Van Hoorn di VOC.
Karier van Hoorn melesat cepat. Ia mendapatkan serangkaian promosi. Sekalipun ia mengawali kariernya dari asisten muda hingga Dewan Hindia. Kemudian, Van Hoorn barada di puncak kariernya sebagai Gubenur Jenderal VOC pada 15 Agustus 1704.
Kepemimpinannya dinanti banyak orang. Ia pun terkenal di seantero Pulau Jawa. Namun, bukan berarti Van Hoorn figur yang tanpa cacat. Ia tak jauh beda dengan petinggi VOC lainnya. Bahkan, Van Hoorn dikenal lebih licik.
Ia mampu melanggengkan korupsi dengan jumlah fantastis selama menjabat. Keuntungan itu membuat Van Hoorn jadi salah satu Gubernur Jenderal yang kaya raya karena korupsi. Padahal, jika dihitung-hitung gajinya sebagai gubernur jenderal terlampau kecil, tapi ia mampu hidup bak jutawan.
“Van Hoorn pada 1704 menjadi Gubernur Jenderal VOC menggantikan mertuanya, Willem van Outhoorn yang menjabat Gubernur Jenderal VOC dari 1691-1704. Ia menduduki jabatan karena praktek nepotisme mertuanya.”
“Seusai menjadi Gubernur Jenderal VOC, ia kembali ke Belanda pada 1709 sebagai jutawan. Hanya dalam waktu lima tahun masa jabatannya, Van Hoorn pulang kampung dengan membawa tak kurang dari 10 juta gulden, suatu jumlah yang cukup spektakuler di masa itu. Padahal, gaji resminya sebagai Gubernur Jenderal VOC tidak lebih dari 700 gulden perbulan,” ungkap M. Adnan Amal dalam buku Kepulauan Rempah-Rempah (2016).
Van Hoorn menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC dengan penuh suka cita. Belakangan, ia merasa cukup berkarier di VOC. Van Hoorn pun mengundurkan diri pada Maret 1708. Ia lalu menunjuk mertuanya, Abraham van Riebeeck sebagai penggantinya.
Van Hoorn lalu pulang ke Belanda. Ia membawa serta seorang tabib yang siap sedia mengobati penyakitnya. Malang tak dapat ditolak. Kondisinya makin memburuk ketika di berada di Negeri Kincir Angin. Van Hoorn pun meninggal dunia pada 21 Februari 1711.
“Ketika Van Hoorn mengajukan permohonan mundur dari jabatan Gubernur Jenderal pada Maret 1708, Van Hoorn lalu menunjuk sang mertuanya, Abraham van Riebeeck untuk menggantikannya. Petinggi VOC di Amsterdam lalu memerintahkan Joan van Hoorn untuk segera meninggalkan Batavia (kini: Jakarta).”
“Semula van Hoorn acuh saja atas perintah itu, waktu pada akhirnya ia berangkat juga ke Belanda dengan perasaan enggan. Ia membawa tabib pribadi yang menurut cerita adalah seorang sinshe China. tidak lama di Belanda, Joan van Hoorn meninggal pada tanggal 21 Februari 1711, dan sinshe itu lalu pulang kembali ke Jawa,” terang Sejarawan Mona Lohanda dalam buku Sejarah Pembesar Mengatur Batavia (2007).