Abraham van Riebeeck, Si Gubernur Jenderal VOC Korup Meninggal dalam Sejarah Hari Ini, 17 November 1713
Potret Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck yang memerintah dari 1709-1713. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 309 tahun yang lalu, 17 November 1713, Gubernur Jenderal VOC, Abraham van Riebeeck meninggal dunia. Berita kematiannya membawa kedukaan mendalam bagi penduduk Batavia. Upacara pemakamannya berlangsung mewah.

Sebelumnya, Riebeeck dikenal sebagai Gubernur Jenderal yang suka foya-foya. Ia sendiri dikenal sebagai salah satu pemimpin VOC yang melanggengkan korupsi. Bahkan, di zamannya korupsi sudah sedemikian membabi buta. Kebiasaan itu tak bisa dihapus sampai VOC bangkrut.

Kadang kala orang-orang tak perlu bersusah payah untuk menjadi orang nomor satu di maskapai dagang Belanda VOC. Abraham van Riebeeck contohnya. Ia jadi salah satu orang Belanda yang meraih jabatan Gubenur Jenderal VOC dengan mudah.

Baginya memiliki seorang ayah bernama Jan van Riebeck sudah tentu lebih dari cukup. Ayahnya cukup kesohor bagi VOC. Jan van Riebeeck adalah pendiri koloni Belanda di Cape Town, Afrika Selatan. Status itu membuat Riebeeck melenggang-langgeng mendapatkan pendidikan terbaik dan segara menjadi orang penting.

Abraham van Riebeeck. (Wikimedia Commons)

Di Batavia, apalagi. Riebeeck tak perlu banting tulang mengejar jabatan. Sebab, jabatan laksana mendatanginya sendiri. Ia kemudian menjabat sebagai anggota Dewan Hindia. Ia pun mengawinkan anak perempuannya dengan Gubenur Jenderal Joan van Hoorn, pendahulunya.

Upaya perkawinan politik itu membuatnya melenggang sebagai Gubernur Jenderal menggantikan menantunya yang mengundurkan diri pada 1709. Ia pun meneruskan proyek pembangunan Balai Kota (kini: Museum Sejarah Jakarta) sampai selesai. Proyek itu tergolong ambius karena mencoba meniru bentuk Istana Dam di Amsterdam.

“Balai kota yang ramai ini menyediakan tempat bagi banyak panitia dan dewan. Di lantai bawah terdapat kantor panitia kesejahteraan anak yatim-piatu, catatan sipil, urusan warisan dan para penjaga. Kantor terpenting dalam bangunan itu adalah Dewan Kotapraja (College van Schepenen) dan Dewan Pengadilan (Raad van Justitie).”

“Kedua badan itu semestinya menegakkan keadilan sesuai dengan patun Iustitia di atas pintu masuk utama. tetapi, ketidakadilan sering dimenangkan dalam gedung ini. sebab, pada masa itu semua orang belum dianggap berkedudukan sama di hadapan hukum,” ungkap Sejarawan Adolf Heuken, dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (2007).

Perkawinan politik itu nyatanya jadi jalan bagi pegawai VOC untuk korupsi besar-besaran. Apalagi masa pemerintahan Abraham van Riebeeck angka korupsi di kalangan pegawai VOC meningkat tajam. Tiada keadilan untuk itu. Lagi pula Riebeeck sendiri ikut melakukannya.

Balai Kota VOC (kini: Museum Sejarah Jakarta) yang Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck resmikan pada tanggal 10 Juli 1710. (Wikimedia Commons)

Kejayaan Riebeeck pun akhirnya surut. Ia yang tengah menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC terkena penyakit tropis. Ia demam tinggi dan desentri. Setelah beberapa hari dirawat, Riebeeck pun meninggal dunia pada 17 November 1713. Upacara pemakamannya berlangsung mewah. Setelahnya, Ia pun meninggalkan warisan keramat. Warisan itu adalah VOC yang korup.

“Dua Gubernur Jenderal sesudah Abraham van Riebeeck berusaha keras menghapus perdagangan gelap yang dilakukan para pejabat VOC sendiri dengan menggunakan fasilitas kompeni. Gejala adanya penyalahgunaan wewenang dan penggunaan fasilitas VOC untuk keperluan pribadi dan memperkaya diri sudah terlihat, terlebih setelah nepotisme meraja-lela di kalangan birokrasi kolonial tersebut,” ungkap Mona Lohanda dalam buku Sejarah Pembesar Mengatur Batavia (2007).