Peletakan Batu Pertama Balai Kota Batavia oleh VOC dalam Sejarah Hari Ini, 25 Januari 1707
Kemegahan Balai Kota VOC di Batavia. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 316 tahun yang lalu, 25 Januari 1707, peletakan batu pertama pembangunan Balai Kota Batavia (kini: Museum Sejarah Jakarta) dilangsungkan. Putri Gubenur Jenderal VOC, Joan van Hoorn, Petronella Wilhelmina yang didaulat melangsungkan prosesi itu.

Sebelumnya, Kompeni pernah dua kali membangun balai kota dan kurang megah. Kompeni ingin balai kotanya muluk-muluk seperti Istana Dam di Amsterdam. Semuanya dilakukan untuk totalitas pelayanan di Batavia.

Kota Batavia (kini: Jakarta) memiliki arti penting bagi maskapai dagang Belanda, VOC. Lokasi itu dianggap begitu strategis sebagai salah satu pusat perdagangan rempah-rempah. Keunggulan itu membuat Kompeni menggalakkan pembangunan di Batavia.

Negeri koloni itu kemudian diubah bak kota-kota di Belanda. Dari bentuk bangunan hingga kanal. Semuanya untuk mengobati kerinduan orang Belanda berada jauh dari kampung halaman. Alias, Batavia dirancang sebagai sarana pelipur lara.

Bekas Balai Kota VOC di Batavia dipotret pada 21 Juli 2022, yang kini difungsikan sebagai Museum Sejarah Jakarta di kawasan cagar budaya Kota Tua. (Antara/Hendri Sukma Indrawan) 

Fasilitas dan infrastruktur di Batavia sengaja dibangun mengikuti selera zaman. Pembangunan Balai Kota Batavia, misalnya. Kompeni membangun balai kota pertamanya di tepi timur Sungai Ciliwung pada 1620. Kehadiran balai kota dianggap bagian penting dalam tumbuh kembang Batavia sebagai negeri koloni.

Sebab, balai kota dibangun sebagai pusat administrasi di Batavia. Kadang pula digunakan untuk segala macam urusan. Dari bayar pajak hingga suap-menyuap. Namun, balai kota pertama tak maksimal. Bangunan itu berangsur tak layak digunakan sejak Kompeni berperang dengan Mataram. Akhirnya, balai kota kedua dibangun kembali di kawasan yang kini menjadi pusat Oud Batavia (Kota Tua).    

“Balai kota pertama yang sangat sederhana didirikan dengan tergesa-gesa pada tahun 1620 di tepi timur Ciliwung, sedikit selatan jembatan jungkat. Gedung ini hanya bertahan selama enam tahun, karena dibongkar sebelum serangan Sultan Agung (1626), supaya bisa menembak dengan leluasa.”

“Balai kota kedua selama beberapa waktu digunakan sebagai tempat pemakaman Jan Pieterszoon Coen, pendiri Batavia. Ia meninggal akibat penyakit kolera, waktu serangan kedua tentara Mataram (1629),” ungkap Sejarawan Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (2016).

Gubernur Jenderal VOC 1704-1709, Joan van Hoorn. (Wikimedia Commons)

Bangunan balai kota kedua itu tak begitu memuaskan. Balai kedua dianggap terlampau kecil dan sederhana. Kompeni pun mencoba menginisiasikan pembangunan balai kota ketiga di lokasi yang sama. Bangunan Balai Kota Batavia kala itu ingin dibuat menyerupai Istana Dam di Amsterdam.

Pembangunannya pun dilangsungkan. Upacara peletakan batu pertama pun digelar. Gubernur Jenderal Gubernur Jenderal VOC, Joan van Hoorn mendaulat anaknya yang berusia delapan tahun, Petronella Wilhelmina van Hoorn untuk meletakkan batu pertama pada 25 Januari 1707.

“Balai kota ini mulai dibangun sesudah gedung yang lama dibongkar, yakni pada tanggal 25 Januari 1707 di bawah pemerintahan Tuan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Pembangunan diselesaikan di bawah pemerintahan Tuan Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710,” ungkap prasasti yang tertera di dalam bangunan yang kini dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah).