JAKARTA – Sejarah hari ini, 38 tahun yang lalu, 18 Desember 1984, Presiden Soeharto meresmikan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Serpong, Tangerang, Banten. Ia didampingi oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bacharuddin Jusuf Habibie.
Peresmian kawasan riset terbesar di Indonesia itu sebagai bukti pemerintah Orde Baru (Orba) peduli akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya, Puspiptek pun direncanakan akan dibangun di berbagai tempat di Nusantara.
Soemitro Djojohadikoesoemo mempelopori gagasan pembangunan Puspiptek. Menristek yang juga dikenal sebagai ayah dari Prabowo Subianto menganggap penting kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi kedua hal itu adalah kunci utama menjadi negara yang disegani dunia.
Namun, mimpi itu tak berlanjut. Karier Soemitro sebagai Menristek keburu berakhir. Ia pun digantikan oleh Habibie. Pergantiannya diinisiasi langsung oleh Soeharto. Penguasa Orba itu memiliki keyakinan bahwa Habibie akan membawa perubahan besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tanah air.
Soeharto pun mengutarakan tiga petunjuk penting secara langsung kepada Habibie, tepat sebelum ia menjabat Menristek pada 1974. Satu, Habibie diperkenankan membuat industri pesawat. Kedua, soal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Ketiga, pengembangan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek).
Ketiga petunjuk itu kerap menjadi pegangan Habibie selama menjadi Menristek. Utamanya dalam pembangunan Puspiptek. Ia ingin membangun suatu kawasan riset terbesar di Indonesia yang menyerupai ‘taman teknologi’ Amerika Serikat Silcon Valley.
“Meskipun Puspiptek tidak dibangun persis seperti Silicon Valley di California, suatu model yang sangat mirip dari sebuah taman teknologi di mana para peneliti dan pengusaha universitas bekerja sama untuk berinovasi.”
"Mereka memiliki persamaan dalam hal para ilmuwan dan insinyur bergerombol secara geografis di dalam area. Di daerah yang sekarang adalah Provinsi Banten, Puspiptek dibangun sebagai distrik spesial, bukan hanya untuk tempat kerja, melainkan juga perumahan bagi para peneliti dan fasilitas umum lainnya seperti pasar, fasilitas keagamaan, dan sekolah. Ini adalah sebuah kota tersendiri,” ujar Sulfikar Amir dalam buku The Technological State in Indonesia (2012).
Pemerintah Orba pun menyiapkan lahan seribu hektare untuk pembangunan Puspiptek di Serpong. Rencananya, di atas lahan itu berdiri sebuah kompleks seluas 500 hektare berisi laboratorium dan kelengkapan riset multidisplin. Dari perkantoran hingga universitas. Semuanya dengan standar internasional.
Pembangunan Puspiptek pun rampung. Presiden Soeharto lalu ditemani Habibie meresmikan Puspiptek Serpong pada 18 Desember 1984. Ia berharap kehadiran Puspiptek di Serpong dapat membawa angin segar bagi dunia riset Indonesia. Pun kehadiran Puspiptek dapat memancing kehadiran Puspiptek-Puspiptek di kawasan lainnya.
Hal yang tak kalah menarik lainnya adalah dukungan Habibie terhadap Puspiptek. Ia bahkan terus ikut menjaga Puspiptek sekalipun ia tak lagi memegang amanah sebagai pejabat publik. Apalagi ketika muncul isu Puspiptek akan diubah menjadi lapangan golf di era 2010-an. Ia marah bukan main.
“Habibie lalu mengungkapkan rasa heran sekaligus kejengkelannya karena Puspipitek di Serpong yang dulu didirikannya, saat ini terbengkalai, tidak digunakan sebagai laboratorium uji teknologi, malah ada gagasan untuk mengubahnya menjadi lapangan golf di sana. Habibie berkata kalau berani dibuat lapangan golf di sana, maka saya akan berdiri menentang,” A. Makmur Makka dalam buku Inspirasi Habibie (2020).