Habibie Pernah Membangun Silicon Valley Indonesia Bernama Puspiptek di Serpong
Menara Puspiptek (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Narasi pengembangan teknologi telah terdengar sejak Indonesia dipimpin Soeharto. Pendirian Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) pada 1976 jadi gebrakannya. Puspiptek kemudian dielu-elukan sebagai taman teknologi. Puspiptek disebut pula sebagai “Silicon Valleynya" Indonesia.

The Smiling General sepakat kemajuan teknologi dapat mengangkat derajat Indonesia. Bahkan sebelum ia mengambil alih kekuasaan. Masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto jadi era di mana pengembangan teknologi dilakukan secara masif.

Sebagai wujud keseriusan, pemerintah mendirikan kawasan Puspiptek di Serpong, Tangerang. Puspiptek bermula dari gagasan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Sumitro Djojohadikusumo (1972-1978).

Dalam konteks itu Puspiptek jadi sarana penyelenggara riset yang terarah untuk kemajuan teknologi Nusantara. Akan tetapi, kepemimpinan Sumitro, yang juga ayah dari Prabowo Subianto yang hari ini menjabat Menteri Pertahanan tak berlanjut.

Soeharto lalu turun tangan memberikan posisi Mentristek kepada Bacharuddin Jusuf Habibie. Lebih lanjut terkait kiprah Habibie sebagai Menristek, pernah kami ulas dalam artikel Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Menteri Riset dan Teknologi Terbaik.

Terpilihnya Habibie adalah hal yang sudah dinanti-nanti oleh Soeharto sejak lama. Sebelum menjabat sebagai Menristek, Habibie sempat diajak berkunjung ke kediaman Soeharto pada akhir Januari 1974.

Dalam pertemuan itu, Habibie diberikan tiga petunjuk. Satu, Habibie diperkenankan membuat industri pesawat. Kedua, soal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Ketiga, pengembangan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek).

Soeharto dan Habibie dalam sebuah pertemuan (Sumber: Commons Wikimedia)

“Memang sepak terjang Habibie ketika baru-baru mendapat tugas dari Presiden Soeharto untuk membangun pabrik pesawat terbang Nurtanio yang kemudian menjadi IPTN, mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Puspitek Serpong, banyak yang menentangnya," tulis A. Margana dalam artikel di majalah Tempo berjudul Ini Dia Habibie Broer (1992).

"Itu dianggap tak realistis dan bukan prioritas bagi pembangunan kala itu. Sekarang pun suara sumbang itu masih sering terdengar. Tapi Habibie jalan terus. Ia selalu yakin bahwa dirinya yang paling benar. la yakin akan gagasannya bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang cerdik pandai, menguasai teknologi,” tertulis dalam lanjutan artikel.

BJ Habibie (Sumber: Commons Wikimedia)

Soeharto memberi kebebasan pada Habibie untuk menjalankan amanahnya. Kendati demikian, Soeharto hanya memberi satu catatan: jangan mengobarkan revolusi. Lantaran itu Habibie menjalankan petunjuk dari Soeharto dengan sebaik-baiknya.

Dalam memimpin Kementerian Riset dan Teknologi, Habibie laksana ahli dalam segala bidang. Tiap gagasan yang dikeluarkan Habibie selalu dibekali dengan strategi yang jelas. Termasuk saat mengembangkan Puspiptek.

“Habibie, yang mengembangkan industri pesawat terbang Indonesia pada saat itu memerhatikan revolusi ilmiah penting yang tengah terjadi di bidang biologi molekuler, yang jauh dari bidang keahliannya. Ini adalah bukti pemikiran visionernya sebagai Menteri Riset dan Teknologi,” tulis Sangkot Marzuki, dalam tulisannya di The Conversation.

Puspiptek “Silicon Valley” Indonesia

Di bawah kepemimpinan Habibie, kawasan Puspiptek dikembangkan dengan serius. Habibie membuat kawasan itu dengan mengambil contoh pusat inovasi teknologi Amerika Serikat (AS), Silicon Valley.

Kala itu, Silicon Valley yang terletak di selatan San Fransisco, California itu dapat menampung dua ribu perusahaan pengembang teknologi. Habibie secara tak langsung jadi orang pertama yang menjalankan ide membuat taman teknologi dan melengkapinya dengan fasilitas pendukung, seperti universitas, industri pendudukung inovasi, serta institusi finansial.

“Meskipun Puspiptek tidak dibangun persis seperti Silicon Valley di California, suatu model yang sangat mirip dari sebuah taman teknologi di mana para peneliti dan pengusaha universitas bekerja sama untuk berinovasi," ujar Sulfikar Amir dalam buku The Technological State in Indonesia (2012).

Menara Puspiptek (Sumber: Commons Wikimedia)

"Mereka memiliki persamaan dalam hal para ilmuwan dan insinyur bergerombol secara geografis di dalam area. Di daerah yang sekarang adalah Provinsi Banten, Puspiptek dibangun sebagai distrik spesial, bukan hanya untuk tempat kerja, melainkan juga perumahan bagi para peneliti dan fasilitas umum lainnya seperti pasar, fasilitas keagamaan, dan sekolah. Ini adalah sebuah kota tersendiri,” tambahnya.

Puspiptek yang dibangun Habibie di Serpong berada di atas lahan seribu hektare. Di atas lahan tersebut berdiri sebuah kompleks seluas 500 hektare berisi laboratorium dan kelengkapan riset multidisiplin sesuai dengan standar internasional.

Alokasi lahan itu, di antaranya 350 hektare untuk industri teknologi dan 150 hektare untuk kampus Institut Teknologi Indonesia (ITI) dan kompleks perkantoran yang juga mencakup perkantoran Akademi Imu Pengetahuan Indonesia, Dewan Riset Nasional, Akademi Rekayasa Nasional Indonesia, hingga Akademi Kedokteran Nasional Indonesia.

Penunjang industri

Lebih dari itu, Puspiptek dibangun untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai wadah penunjang industri. Salah satunya, Pupspiptek digerakkan untuk menghadapi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat ilmiah Indonesia.

Antara lain, perihal tenaga kerja terbatas, langkanya pendanaan, kelengkapan yang tak memadai, dan penghasilan rendah. Habibie tak ingin memusatkan Puspiptek hanya di Serpong saja.

Habibie ingin institusi serupa Puspiptek hadir di daerah lain. Puspiptek dianggap aksi konkret dalam agenda pengembangan teknologi. Semua itu untuk mengikuti selera zaman. Terutama agar bangsa Indonesia tak lagi terbelakang di bidang teknologi.

“Dan ilmu-ilmu yang perlu dikembangkan tidak hanya yang akan dikembangkan di Puspiptek. Karena itu, pusat-pusat ilmu pengetahuan dan teknologi yang serupa dengan Puspiptek juga dibangun pada lokasi lain," ucap Habibie dalam pidatonya di Pacific 2000: Global Challenge berjudul Penerapan Teknologi Canggih di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia (1987).

"Hal ini mencakup suatu pusat di Cibinong, sebelah selatan Jakarta, yang akan memusatkan perhatian pada bioteknologi dan rekayasa genetika dan sebuah pusat ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan di Surabaya. Pusat-pusat lain lagi di Bogor, Medan, Pasuruan dan di tempat lainnya yang bertumpu pada stasiun-stasiun penelitian dan eksperimen pertanian yang dibangun lebih awal dalam abad ini, akan dikembangkan lebih lanjut dengan mengikuti pola pembangunan Puspiptek,” tambahnya.

*Baca Informasi lain soal EKONOMI atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

BERNAS Lainnya