Bagikan:

YOGYAKARTA – Belakangan praktik apropriasi budaya kerap terjadi baik dilakukan secara sadar maupun tidak sengaja. Penting pula untuk memahami apa itu apropriasi budaya karena perbuatan tersebut dianggap sebagai perilaku kurang menghargai identitas suatu masyarakat yang memiliki warisan budaya.

Apa Itu Apropriasi Budaya

Apropriasi atau bahasa Inggris disebut apropriation dalam Merriam-Webster's Collegiate Dictionary (2004) dimaknai sebagai “mengambil kepemilikan eksklusif dari”, dan “untuk mengambil atau memanfaatkan tanpa otoritas atau hak”.

Istilah apropriasi sendiri berasal dari bahasa Latin yakni appropriare yang artinya “menjadikan milik sendiri”, dari akar bahasa Latin proprius yang artinya “memiliki”.

James O. Young dalam teorinya mengatakan bahwa apropriasi budaya adalah suatu tindakan klaim dan mengambil unsur budaya tertentu yang dilakukan oleh kelompok dengan budaya besar kepada kelompok budaya yang lebih kecil.

Apropriasi budaya juga dapat dipahami sebagai proses adapsi bisa berupa pengambilan simbol, kebiasaan, standar keindahan, hingga tingkah laku dari budaya atau subkultur dari pihak dengan kebudayaan yang berbeda.

Sayangnya, apropriasi sering terjadi disertai dengan tidak adanya pemahaman atau pengetahuan tentang bagaimana budaya, simbol, atau unsur lain dalam suatu budaya yang dicomot atau dipakai.

Salah satu alasan mengapa apropriasi kerap dilakukan adalah keuntungan. Objek tradisi dan budaya yang diambil oleh pelaku yang punya kebudayaan lebih dominan akan menganggap budaya minor yang diambilnya sebagai sesuai yang eksotis, menggiurkan, dan memiliki peluang untuk mendatangkan keuntungan bagi pelakunya.

Beda Apropriasi dan Apresiasi

Konsep apropriasi dan apresiasi kerap terbalik karena keduanya sama-sama dapat melibatkan dua kebudayaan yang berbeda. Apresiasi dapat dimaknai sebagai kesadaran dalam menilai atau menghargai suatu budaya maupun seni.

Cattien & Stopford (2022) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa seseorang yang memakai atau mengambil materi dari buaya lain bisa dikatakan sebagai pelaku apropriasi. Sedangkan seseorang yang tak memakainya, namun hanya berperan sebagai penonton maka tindakan itu masuk dalam kategori apresiasi.

Namun, menurut sejarawan George Lipsitz, apresiasi bisa jadi aproproasi saat elemen budaya dari pihak minor diambil hanya untuk eksploitasi demi mendapat keuntungan baik sosial atau ekonomi tanpa memahami atau dibarengi dengan rasa hormat terhadap makna budaya yang diambilnya.

Contoh Apropriasi

Perilaku apropriasi banyak terjadi dalam industri hiburan. Misalnya, penyanyi Lady Gaga pernah tampil mengenakan pakaian Burqa tipis sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Selain itu ia juga menari bergaya sensual.

Tindakan tersebut banyak dikritik sebagai apropriasi budaya karena Burqa adalah kebudayaan umat Islam yang digunakan untuk menutupi lekuk tubuh perempuan. Sedangkan Lady Gaga menabrak konsep Burqa itu sehingga bertentangan dengan makna pakaian Burqa.

Hal serupa juga ramai diperbincangkan pada 2020 saat grup idol asal Korea Selatan, NCT U disebut melakukan apropriasi budaya melalui video musik lagu berjudul Make A Wish.

Dalam video tersebut mereka mengusung konsep budaya Timur Tengah dengan desain yang mirip dengan masjid. Tentu saja kondisi itu memicu perdebatan di kalangan penggemar. Umat Islam sendiri mengatakan bahwa tindakan tersebut menyinggung konsep interior masjid.

Selain itu Park Eun Seok salah satu aktor dalam The Penthouse 3 juga pernah dikritik karena berkaitan dengan cultural appropriation. Meski pada akhirnya Park Eun Seok minta maaf soal karakter Alex di The Penthouse 3.

Itulah informasi terkait apa itu apropriasi budaya. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.