Bagikan:

JAKARTA - Bank Pembangunan Asia (ADB) mengumumkan penangguhan dana untuk seluruh proyek pembangunan di Myanmar. Keputusan ini diambil menyusul kudeta rezim militer pada 1 Februari lalu. 

Sebagai salah satu mitra pembangunan terbesar Myanmar, ADB memutuskan untuk menghentikan pendanaan, seiring kekerasan yang terus terjadi dalam aksi unjuk rasa menentang kudeta militer Myanmar.

Diketahui, sedikitnya 70 orang tewas dan hampir 2 ribu pengunjuk rasa yang ditahan oleh rezim militer Myanmar, selama aksi unjuk rasa berlangsung sejak Februari lalu. 

Dalam sebuah pernyataan, ADB sangat prihatin tentang perkembangan terakhir di Myanmar, terutama korban jiwa selama protes sipil. ADB menyebut, perubahan keadaan negara tersebut akan berdampak serius pada pembangunan ekonomi dan sosial Myanmar.

ABD diketahui telah menangguhkan sementara pencairan proyek pemerintah dan kontrak baru di Myanmar, sementara komunitas internasional menilai situasi yang berkembang. Proyek-proyek yang terpengaruh berkisar dari transportasi dan energi, hingga pendidikan dan teknologi informasi.

“Kami akan terus berkonsultasi dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya,” kata ADB.

Untuk diketahui, antara tahun 2013 hingga 2019, ADB mendukung Myanmar dengan lebih dari US $ 3,5 miliar dalam pendanaan untuk proyek-proyek, termasuk pinjaman, hibah dan komitmen bantuan teknis.

Berdasarkan perjanjian pinjaman terbaru, ADB menyetujui pinjaman sebesar 484 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar 6.997.841.400.000 rupiah pada November lalu, untuk membangun jalan tol baru yang menghubungkan Wilayah Bago dan Negara Bagian Mon. Kedua wilayah tersebut terletak di sepanjang Koridor Ekonomi Timur-Barat yang direncanakan Jepang, skema infrastruktur besar untuk Subkawasan Mekong Besar.

Pada akhir Februari, Bank Dunia memberi tahu rezim militer bahwa mereka telah menangguhkan pencairan untuk setidaknya 24 proyek pembangunan yang sedang berlangsung di Myanmar.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.