Miliki Hubungan Bisnis dengan Militer Myanmar, Perusahaan Jepang Terancam Kehilangan Investor Kakap
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/Comyu)

Bagikan:

JAKARTA - Bank Sentral Norwegia (Norges Bank) mengumumkan pihaknya telah memasukan Kirin Holdings Ltd. Co., dalam daftar pantauan untuk kemungkinan akan dikeluarkan dari pendanaan investasi yang dikelola negara senilai 1,3 triliun dolar Amerika Serikat.

Sebabnya, perusahaan asal Jepang ini memiliki kaitan dengan bisnis milik militer Myanmar yang melakukan kudeta ada atas pemerintahan hasil Pemilu 2020 lalu. 

“Kirin baru-baru ini mengumumkan niat untuk mengakhiri kerja sama bisnis ini (dengan militer Myanmar), dan pelaksanaannya akan ditindaklanjuti sebagai bagian dari pantauan,” kata bank sentral dalam pernyataannya, melansir Reuters

Kirin Holdings tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar saat dihubungi oleh Reuters.

Sebelumnya, raksasa minuman Jepang itu mengatakan pada 5 Februari akan membatalkan usaha patungan yang disebut Myanmar Brewery di mana Kirin memiliki saham senilai $ 1,7 miliar, setelah tentara melakukan kudeta yang menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis. Namun, di akhir bulan, Kirin mengatakan masih ingin tetap menjual bir di Myanmar.

Kirin Holdings Ltd. Co., memiliki usaha patungan dengan Myanma Economic Holdings Public Co Ltd (MEHL), di mana militer Myanmar memiliki saham. Kirin memegang 51 persen dari Myanmar Brewery dan Mandalay Brewery, sementara MEHL memegang sisanya.

Untuk diketahui, Norges Bank Investment Management yang mengelola dana investasi terbesar di dunia, memiliki 1,29 persen saham di Kirin Holdings pada akhir tahun 2020 dengan nilai $ 277,1 juta.

Dana negara Norwegia, yang secara resmi disebut Dana Pensiun Pemerintah Global dan didirikan pada tahun 1996, memiliki sekitar 1,5 persen dari semua saham yang terdaftar secara global.

Memegang saham di sekitar 9.100 perusahaan di seluruh dunia, Norges Bank Investment Management selalu mempertimbangkan langkah bisnisnya terkait masalah lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan. Langkah bisnisnya sering kali diikuti investor lain.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.