Bagikan:

JAKARTA - Sedari awal, kekalahan Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat (AS) diliputi drama. Trump menolak lempar handuk tanda menyerah, apalagi angkat topi untuk memberi hormat atas kemenangan Joe Biden. Berbagai penolakan dilontarkan Trump. Ia kerap menyatakan hasil Pemilu AS yang dimenangi kandidat Partai Demokrat, Joe Biden penuh kecurangan. Trump menempatkan diri sebagai korban. Lain waktu ia juga sangat negarawan, dengan segala narasi penghormatan atas proses demokrasi dan bernegara.

Biden berhasil meraih kursi Presiden AS setelah Demokrat mengamankan 270 suara electoral college. Mengutip New York Times, hasil perhitungan itu mencatat Biden unggul dengan 306 suara elector, sementara Trump hanya mendapat 232 suara.

Hasil tersebut ditolak Trump, yang mengklaim suara untuk dirinyalah yang sebenarnya lebih banyak. Ia terus mengatakan hasil tersebut sebagai hasil kecurangan. Trump bahkan menuntut diadakannya penghitungan ulang.

Trump juga melanjutkan strategi hukum yang dia harap akan membalikkan suara di negara bagian yang memberi Biden kemenangan dalam pemilu. Ia melayangkan gugatan hasil pemilu di Pennsylvania, Georgia, Arizona, Nevada, dan Michigan.

Para pembantu Trump dan sekutu Republik, meski agak berkonflik tentang bagaimana melanjutkannya, sebagian besar mendukung strateginya atau tetap diam. Pada 23 November 2020, Trump terlihat "legawa" dengan merestui transisi pemerintahannya kepada Biden.

Mantan wali kota New York Rudy Giuliani dan pengacara pribadi Trump di Pennsylvania membahas tuntutan hukum (Sumber: Antara)

Trump saat itu memerintahkan bawahannya untuk memulai proses transisi. Meski begitu Trump menyatakan proses gugatan Pemilu AS 3 November tetap berlanjut.

"Gugatan kami akan tetap dilanjutkan. Kami akan berjuang habis-habisan. Saya yakin akan menang. Akan tetapi demi kebaikan negara ini saya merekomendasikan supaya Emily dan timnya melakukan segala hal yang harus dilakukan untuk memulai protokol transisi. Dan saya mengatakan kepada seluruh tim saya untuk melakukan hal yang sama," kicau Trump di Twitter. 

Namun banyak tuntutan hukum Trump yang ditolak. Para Hakim menilai semua gugatan yang dilakukan Trump mengada-ada dan hanya berisikan teori konspirasi.

Kemenangan Biden berangsur-angsur diakui oleh anggota Partai Republik. Mengutip Financial Times, Senator Partai Republik terkenal --termasuk Lindsey Graham dari South Carolina, John Cornyn dari Texas dan Chuck Grassley dari Iowa-- mengakui Biden menjadi presiden terpilih AS setelah para pemilih bertemu untuk memberikan suara mereka di 50 ibu kota negara bagian.

Presiden AS Donald Trump (Instagra/@realdonaldtrump)

Namun, meski berbagai tuntutan hukumnya ditolak, anggota Partai Republik mengakui kemenangan Biden. Namun Trump kembali tak mengakui kemenangan itu.

Rekaman percakapan Trump dengan pejabat tinggi pemilihan di Georgia terkait penghitungan ulang hasil pemungutan suara bocor. Trump meminta pejabat tersebut menghitung ulang hasil pemilihan untuk menguntungkannya.

Dalam percakapan satu jam itu Trump juga memberi ancaman jika pejabat tidak mau mengikuti keinginannya. Selama percakapan tersebut Trump berupaya agar hasil pemilu di Georgia dibatalkan. Di Georgia, Joe Biden menang dengan meraup 11.779 suara.

Pendukung sebagai amunisi

Belum selesai masalah terkait penghitungan ulang suara Georgia, lagi-lagi Trump kembali "menyulut masalah" pada 6 Januari 2020. Pendukung Trump menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC.

Aksi itu terjadi setelah Trump memanas-manasi para pendukungnya agar melawan peresmian suara elektoral yang sedang berlangsung. “Secara statistik tidak mungkin kalah dalam Pemilu 2020,” kata Trump, 20 Desember. “Protes besar di DC pada 6 Januari. Hadirlah, akan sangat liar!”

Trump di hadapan pendukungnya (Instagram/@realdonaldtrump)

Mereka semua mendengar Trump. Mereka berbaris di Gedung Capitol mengungkapkan kemarahan atas proses pemungutan suara dan untuk menekan pejabat terpilih untuk menolak hasil.

"Kami akan berjalan ke Capitol dan kami akan mendukung senator pemberani kami dan anggota Kongres dan wanita," kata Trump kepada kerumunan, dengan Gedung Putih sebagai latar belakang.

Terkait dengan penyerbuan itu, empat orang tewas dan 53 orang terkait kerusuhan ditangkap. Beberapa orang yang ditangkap membawa senjata api tak berizin. Di antara semua korban tewas, salah satunya adalah pendukung Trump yang tertembak.

Kongres AS kini telah mengesahkan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS dan Kamala Harris sebagai wakilnya. Trump masih bergeming atas kerusuhan yang dibuat pendukungnya, bukan karena mengaku salah namun Facebook dan Twitter miliknya diblokir.

Apakah Trump akan kembali membawa keributan setelah pengesahan Joe Biden-Kamala Harris? Seperti yang sudah-sudah, hal ini akan tak terprediksi, soal apa sebenarnya mau Trump?