Bagikan:

JAKARTA - Gedung Capitol Hill dilanda kericuhan, setelah ratusan pendukung Donald Trump melakukan unjuk rasa anarkis dan sempat menyebabkan Sidang Kongres AS yang membahas hasil pengsahan Pilpres AS dihentikan.

Apa yang terjadi di Capitol Hill tidak lepas dari sejumlah pernyataan kontroversial Trump, yang menyebabkan massa pendukungnya melakukan aksi anarkis pada Rabu 6 Januari waktu setempat. 

Melansir Reuters Kamis 7 Januari, Trump yang menolak mengakui kekalahannya dari Presiden terpilih Joe Biden, telah berkali-kali mendesak para pendukungnya untuk datang ke Washington guna berunjuk rasa pada 6 Januari. 

“Secara statistik tidak mungkin kalah dalam Pemilu 2020,” cuit Donald Trump pada 20 Desember 2020. 

“Protes besar di DC pada 6 Januari. Berada di sana, akan menjadi liar!,” kata Trump di lain kesempatan.

"Kami akan berjalan ke Capitol dan kami akan mendukung senator pemberani kami dan anggota Kongres dan wanita," kata Trump di hadapan pendukungnya. 

Capitol Hill
Ilustrasi Gedung Capitol Hill. (MIKE STOLL/Unsplash)

Miliarder AS ini juga sempat menyatakan tidak akan pernah menyerah dengan hasil Pilpres AS. 

"Kami tidak akan pernah menyerah, kami tidak akan pernah menyerah," kata Trump.

“Omong kosong! Omong kosong! Omong kosong!,” jawab pendukung Trump sambil berteriak.

Selain lewat pernyataan-pernyataanya, Trump juga dibantu sejumlah kelompok pendukungnya, seperti stopthesteel yang mendengungkan klaim palsu tentang penipuan pemilih di lewat Facebook dan media sosial lainnya.

Setelah pecah kerusuhan di Capitol Hill, Trump pun kembali menyinggung klaim soal Pemilu yang dicuri, kendati juga meminta pendukungnya untuk tertib dan kembali ke rumah, lewat video rekaman di Twitter.