JAKARTA - Aksi kericuhan terjadi di gedung Kongres Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat (AS). Massa yang menerobos itu pun merusak sejumlah properti di dalam gedung DPR/MPR AS tersebut.
Setidaknya butuh waktu empat jam, bagi aparat kepolisian dan militer dikerahkan untuk mengamankan aksi massa di dalam gedung Kongres Capitol Hill. Anggota senat yang terjebak di dalam juga berupaya mengamankan hasil pilpres dari aksi penjarahan massa.
BACA JUGA:
The building is now secure, and Senators are heading back to the chamber to complete our democratic duties. We will not let violent insurrection derail our democracy. The votes will be counted, and the American people's choice will become president on January 20. pic.twitter.com/gtwXo3JWsX
— Senator Jeff Merkley (@SenJeffMerkley) January 7, 2021
The ransacked office of the Senate Parliamentarian: pic.twitter.com/E7PsSgoAEX
— Ali Zaslav (@alizaslav) January 7, 2021
Situasi yang memanas ini membuat anggota dewan dan Senat AS menghentikan sementara rapat pengesahan Biden yang tengah berlangsung. Apalagi, pendukung Trump diketahui melanggar batas keamanan dan memasuki gedung Kongres, Capitol Hill, setelah bentrok dengan polisi.
Here’s the scary moment when protesters initially got into the building from the first floor and made their way outside Senate chamber. pic.twitter.com/CfVIBsgywK
— Igor Bobic (@igorbobic) January 6, 2021
Pejabat di Capitol juga mengumumkan penguncian. Anggota dewan dan senat bahkan mengatakan di Twitter bahwa mereka berlindung di kantor mereka ketika beberapa massa Trump terlihat masuk dan berjalan melalui gedung.
The mahogany Electoral College ballot boxes leaving the Senate Chamber and heading to the House Chamber. pic.twitter.com/j3BAtpIYwT
— Jason Donner (@jason_donner) January 6, 2021
Sedikitnya 2.000 personel kepolisian yang bertugas di Capitol Hill dikerahkan untuk meredam aksi massa. Bantuan pun dikerahkan dari wilayah tetangga seperti Montgomery County, Maryland, untuk memadamkan kekacauan di ibu kota.
Diketahui sejak dinyatakan kalah dalam Pilpres AS 3 November lalu, Donald Trump selalu mengeklaim bahwa terjadi kecurangan dalam penghitungan. Dia bahkan menyerukan dalam berbagai kondisi agar pendukungnya bergerak ke Washington, dan menghentikan proses pengesahan di Kongres.